MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MELALUI CPD
MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MELALUI CPD
Oleh: Surya Dharma, MPA, Ph.D
Direktur Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK
Guru berkualitas dan professional menjadi fondasi dan kekuatan untuk mewujudkan sekolah yang baik dan bermutu. Program peningkatan keterampilan dan pengetahuan guru merupakan salah satu investasi penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu usaha meningkatkan profesionalitas dan kompetensi guru adalah program pengembangan profesi berkelanjutan (Continuing Professional Development/ CPD). Mengingat banyaknya pelatihan yang tersedia dan diikuti untuk pengembangan profesi guru, tentu timbul pertanyaan
tentang metode pelatihan apa yang paling banyak memberikan dampak positif terhadap pembelajaran siswa.
tentang metode pelatihan apa yang paling banyak memberikan dampak positif terhadap pembelajaran siswa.
Penelitian untuk menjawab pertanyaan terkait dengan pengembangan profesi guru berkelanjutan tersebut di negara-negara maju telah banyak dilakukan dan tersebar di beberapa bidang studi. Fokusnya juga beragam, mulai dari proses dan struktur di kelas sampai dengan kepribadian guru. Tulisan ini mencoba menyampaikan hasil penelitian yang terkait dengan kegiatan pengembangan profesi berkelanjuran guru dan dampaknya terhadap peningkatan prestasi akademik siswa.
Melalui tulisan ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris bagi usaha peningkatan mutu guru melalui program dan kegiatan pengembangan profesi berkelanjutan. Artikel yang dipublikasikan oleh American Educational Research Association yang berjudul Teaching Teachers: Professional Development to Improve Students Achievements merupakan sumber utama dalam tulisan ini mengingat topik ini sangat terkait dan relevan dengan usaha peningkatan mutu melalui kebijakan pengembangan profesi berkelanjutan.
PENGERTIAN & TUJUAN CPD
Perkumpulan negara-negara maju yang tergabung dalam OECD telah melakukan kajian mendalam terhadap pengembangan profesionalis guru berkelanjutan (CPD). OECD melalui Teaching And Learning International Survey (TALIS) mengadopsi definisi pengembangan profesional guru sebagai “kegiatan yang mengembangkan keterampilan, pengetahuan, keahlian individu dan karakteristik lain sebagai guru.”
Definisi tersebut mengakui bahwa pengembangan profesi dapat diberikan dalam banyak cara, mulai dari formal ke informal. Hal ini dapat dilaksanakan dalam bentuk kursus, lokakarya atau program peningkatan kualifikasi secara formal, maupun kerjasama antar sekolah atau antar guru di sekolah lain (misalnya kunjungan observasi ke sekolah lain) atau di dalam sekolah di mana guru bekerja. Dalam kasus terakhir, pengembangan profesi dapat diberikan melalui pembinaan/ mentoring, kolaborasi dalam perencanaan dan pengajaran, dan berbagi praktek-praktek yang baik (best practices).
TALIS menyurvei guru sekolah menengah pertama tentang pengembangan profesi berkelanjutan yang telah mereka ikuti selama 18 bulan. Hasil survey menunjukkan bahwa para guru yang telah berpartisipasi di setiap kegiatan berikut terbukti memberikan dampak positif terhadap prestasi belajar siswa:
- Kursus/ workshop (misalnya mata pelajaran, metode atau topik-topik lain tentang pendidikan);
- Seminar atau konferensi pendidikan (guru dan/ atau peneliti mempresentasikan hasil penelitian dan membahas masalah-masalah pendidikan);
- Program peningkatan kualifikasi;
- Kunjungan observasi ke sekolah lain;
- Partisipasi dalam jejaring guru (dibentuk khusus untuk mengembangkan profesionalitas guru);
- Penelitian individu maupun kolaborasi;
- Mentoring dan/ atau observasi dan coaching sesama guru (sebagai bagian dari pengelolaan sekolah);
- Bacaan literatur profesional (jurnal, makalah, tesis).
Dalam catatan OECD, pengembangan profesi guru berkelanjutan dapat memiliki beberapa tujuan sebagai berikut (OECD, 1998):
- Memperbarui pengetahuan trhadap hal-hal baru.
- Memperbarui keterampilan, sikap dan pendekatan dalam pengembangan teknik dan tujuan mengajar yang baru.
- Memungkinkan guru dalam menerapkan perubahan terhadap kurikulum atau aspek lain dari praktek pengajaran.
- Memungkinkan sekolah untuk mengembangkan dan menerapkan strategi-strategi baru tentang kurikulum dan aspek-aspek lain dari praktek pengajaran.
- Bertukar informasi dan keahlian antara para guru dan pihak lain, misalnya akademisi, pengusahaa, dan untuk membantu guru yang tidak efektif menjadi lebih efektif.
CPD DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Ada penelitian di Amerika Serikat yang mengkaji hubungan antara pembelajaran oleh guru dan prestasi belajar siswa yang dibagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama dimulai tahun 1960, fokus utamanya pada “Keterampilan Mengajar yang Generik”, seperti mengalokasikan waktu kelas, memberikan contoh yang jelas di kelas, mengevaluasi siswa, menjaga disiplin siswa dan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Beberapa studi tentang hal tersebut dilaporkan bahwa terdapat korelasi yang tidak begitu besar terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian itu menggunakan studi eksperimental dengan sampel siswa kelas IV untuk pelajaran matematika, yang dilakukan di beberapa sekolah perkotaan dengan latar belakang keluarga yang latar belakang sosial ekonominya rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa akan meningkat bila guru memberikan penekanan kepada pemberian informasi yang baik, bertanya kepada siswa, memberikan umpan balik dan menelaah soal-soal secara terus-menerus. Prestasi belajar siswa juga meningkat apabila guru belajar mengikuti materi-materi baru yang disajikan dengan contoh-contoh praktik, memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberikan supervise kepada mereka. Dengan demikian, pola dan strategi pembelajaran yang dilakukan guru akan meningkatkan prestasi belajar siswa dan membangun daya berpikir kritis.
Pada tahun 1990, gelombang kedua penelitian difokuskan lebih mendalam kepada pembelajaran siswa, pola berpikir rasonal siswa dan pemecahan masalah. Hasilnya menunjukkan bahwa pengembangan profesi guru berkelanjutan dapat mempengaruhi praktik guru di kelas secara signifikan dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa apabila difokuskan kepada: bagaimana siswa mempelajari substansi mata pelajaran; melakukan praktik pengajaran yang secara khusus terkait dengan substansi materi pelajaran dan bagaimana siswa memahaminya; dan memperkuat pengetahuan guru, khususnya isi materi pelajaran secara spesifik. Di samping itu, keterkaitan yang sangat erat antara pengembangan profesi guru berkelanjutan dan kondisi kelas yang riil juga merupakan kunci keberhasilan.
Sebuah studi yang dilakukan Thomas Carpenter (1989) secara acak menempatkan guru kelas 1 dalam workshop atau lokakarya sehingga mereka lebih familiar dengan penelitian tentang bagaimana siswa memiliki pemahaman tentang penambahan, pengurangan, membaca, atau lebih familiar tentang pengembangan profesi yang berfokus kepada strategi pemecahan masalah dalam matematika.
Guru yang berpartisipasi dalam lokakarya sering mengajukan masalah yang kompleks kepada siswa, mendengarkan dan mengamati proses yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah dan mendorong siswa untuk mencari berbagai metode yang berbeda dalam mencari jawaban. Sebaliknya guru-guru yang tidak berpartisipasi dalam lokakarya lebih menekankan kepada fakta-fakta hafalan, memperoleh jawaban yang cepat dan lebih bekerja sendiri daripada kelompok. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa secara konsisten lebih tinggi dan kemampuan siswa pada berpikir rasional dan pemecahan masalah akan meningkat apabila pengembangan profesi guru berfokus kepada bagaimana siswa belajar dan bagaimana mengukur pembelajaran yang efektif.
Dalam penelitian lain, Paul Cob (1991) beserta tim memberikan kesempatan kepada guru untuk mengkaji kurikulum baru, mengerjakan soal matematika yang akan diajarkan kepada siswa, dan meneliti pembelajaran siswa. Pada akhir tahun ajaran, guru-guru tersebut menunjukkan kinerja lebih baik dalam pemahaman konseptual dan keahlian (berhitung) dasar.
Walaupun penelitian dalam pengembangan profesionalitas guru berkelanjutan mayoritas dilakukan pada bidang studi matematika, sebenarnya contoh yang menarik juga ada dalam penelitian pada bidang studi-bidang studi lain seperti ilmu pengetahuan alam, sastra dan kemampuan dasar membaca. Dalam kemampuan membaca, Deborah McCutchen (2002) dan tim meneliti dua kelompok guru yang berasal dari taman kanak-kanak (TK) dan kelas satu SD. Kelompk pertama menerima program pengembangan keprofesionalan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang bunyi huruf dan struktur bahasa, sedangkan kelompok kedua tidak mendapatkan pelatihan sama sekali. Performa membaca siswa diteliti selama satu tahun pelajaran. Guru yang mendapatkan pelatihan menghabiskan waktu lebih untuk mengajarkan siswa cara menyusun bahasa dan siswa mereka dalam ujian menunjukkan hasil yang lebih baik dalam membaca dan mengeja pada murid kelas 1 SD, dan hasil lebih baik terutama dalam pemahaman bahasa.
Di banyak negara, peran dan fungsi sekolah berubah, begitu juga apa yang diharapkan dari seorang guru. Guru diminta untuk mengajar di kelas yang semakin multicultural, lebih menekankan pada integrasi siswa dengan kebutuhan belajar yang khusus di kelas mereka, lebih efektif memanfaatkan informasi dan teknologi komunikasi untuk mngajar, lebih terlibat dalam perencanaan dalam kerangka evaluasi dan akuntabilitas, dan berbuat lebih banyak untuk melibatkan para orang tua di sekolah.
CPD & KUALITAS PENGAJARAN
Pengembangan profesional guru yang efektif harus dapat memfasilitasi kondisi agar guru dapat menerapkan secara langsung apa yang dipelajari dalam pelatihan ke dalam pengajaran. Berbagai riset menunjukkan bahwa pengembangan keprofesionalan guru akan menghasilkan pengajaran yang lebih baik dan meningkatkan kualitas pembelajaran siswa ketika program peningkatan keprofesionalan tersebut dihubungkan dengan kurikulum yang mereka gunakan, standar akademik nasional serta penilaian dan pengukuran berakuntabilitas yang dapat mengevaluasi keberhasilan penerapan program tersebut.
Dua penelitian di Amerika Serikat tentang pengembangan keprofesionalan terkait kurikulum, memberikan implikasi bahwa pemerintah berusaha untuk menghubungkan kebijakan pendidikan dengan kegiatan pengajaran. David Cohen dan Heather Hill (2001) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa guru yang pembelajarannya berfokus secara langsung kepada kurikulum, akan menerapkan hal-hal praktikal yang telah diajarkan dalam pengembangan keprofesionalan. Guru akan menerapkan kurikulum baru jika mereka didukung oleh pelatihan, misalnya lokakarya tentang peraturan baru mengenai pelatihan siswa. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan (yang berpartisipasi dalam pengembangan keprofesionalan yang berfokus pada kurikulum) menunjukkan hasil yang baik dalam penilaian (ujian). Sayangnya, menurut penelitian tersebut, sebagian besar guru menerima pelatihan dalam bentuk yang kurang efektif.
Dalam penelitian lain di Amerika Serikat, Michael Garet (2001) dan tim dilaporkan melakukan survei secara nasional dengan sampel guru yang pada akhir tahun 1990 berpartisipasi dalam Einshower Professional Development Program, yang berfokus kepada bidang studi matematika dan ilmu pengetahuan alam. Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa para guru akan mampu mengubah praktik pengajaran, mendapatkan pengetahuan lebih terkait bidang studi yang diampu, dan meningkatkan kualitas keahlian mengajar ketika pengembangan keprofesionalan dihubungkan secara langsung dengan pengalaman keseharian mereka dan dihubungkan dengn standar dan penilaian yang ada.
Sumber: Garet, M.S., et al. (2001). “What Makes Professional Development Effective? Results from a National Sample of Teachers.” American Educational Research Journal, Vol. 38, No. 4 (winter), pp. 915-945.
Guru akan lebih meningkatkan kualits pengajaran ketika program pengembangan keprofesionalan dihubungkan langsung dengan program/ bidang studi yang diampu dan standar/ penilaian yang digunakan. Pengembangan keprofesionalan tersebut berfokus kepada peningkatan pengetahuan guru terhadap bidang studi terkait dan bagaimana siswa memahami dan mempelajari bidang studi tersebut.
Beberapa penelitian menyarankan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk pengembangan keprofesionalan guru, semakin tinggi kemungkinan guru akan mengubah cara mengajar mereka dan berpartisipasi dalam komunitas profesional, serta mengoptimalkan waktu yang digunakan untuk pengembangan keprofesionalan. Survei nasional di Amerika Serikat menyatakan bahwa dalam sembilan dari sepuluh bidang studi, mayoritas guru menyatakan pernah mengikuti satu hari atau kurang dari satu hari program pengembangan keprofesionalan terkait bidang studi tersebut selama satu tahun terakhir.
MASUKAN BAGI PEMBUAT KEBIJAKAN
Dari paparan di atas tampak bahwa pengembangan profesi guru berkelanjutan akan mampu meningkatkan pengetahuan pada bidang studi yang diampu dan juga meningkatkan pemahaman guru terhadap pola piker siswa pada bidang studi terkait. Bagi pengambil kebijakan, hasil-hasil penelitian tentang manfaat CPD tersebut akan bermanfaat dalam pengambilan kebijakan, yakni: Pertama, memastikan bahwa pengembangan keprofesionalan guru berfokus kepada pengajaran bidang studi yang sedang atau akan diampu.
Kedua, menghubungkan antara program pelatihan guru dengan pengalaman kerja riil mereka, dengan mengacu kepada kurikulum dan penilaian yang digunakan.
Ketiga, mengalokasikan waktu yang cukup untuk pengembangan keprofesionalan guru dan memastikan bahwa kesempatan belajar yang tersedia berfokus kepada observasi dan analisa pemahaman siswa terhadap bidang studi terkait.
Keempat, memastikan bahwa sistem yang digunakan mempunyai tingkat reliabilitas yang baik sehingga mampu mengevaluasi dampak pengembangan keprofesionalan terhadap praktik guru dan pembajaran siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Carpenter, T.P.,el al. (1989). “Using Knowledge of Children’s Mathematics Thinking in Classroom Teaching: An Experimental Study”. American Educational Research Journal, Vol. 26, pp. 499-531.
Cob, P., et al. (1991). “Assessment of a Problem-Centered Second-Grade Mathematics Project”. Journal for Research for Research in Mathematics Education, Vol. 22, pp. 13-29.
Cohen, D.K., Hill, H.C. (2001). Learning Policy: When State Education Reform Works. New Haven, CT: Yale University Press.
Garet, M.S., et al. (2001). “What Makes Professional Development Effective? Results from a National Sample of Teachers.” American Educational Research Journal, Vol. 38, No. 4 (winter), pp. 915-945.
McCutchen, D., et al. (2002). “Beginning Literacy: Links among Teacher Knowledge, Teacher Practice, and Student Learning.” Journal of Learning Disabilities, Vol. 35, No. 1, 69-86.
OECD (1998), Staying Ahead: In-Service Training and Teacher Professional Development, OECD, Paris.
OECD (2009), “Creating Effective Teaching and Learning Environments: First Results from Teaching and Learning International Survey (TALIS)”. Chapter 3.
0 Response to "MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MELALUI CPD"
Post a Comment