HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 1 – 3 TAHUN TERHADAP PEMBERIAN STIMULASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN 
ANAK USIA 1 – 3 TAHUN TERHADAP PEMBERIAN STIMULASI


INTISARI
Stimulasi merupakan hal terpenting dalam perkembangan anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Stimulasi harus dilaksanakan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Tindakan stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan anak. Seperti pada saat memandikan, mengganti popok, menyusui menggendong, meninabobokan atau bermain, ibu atau siapapun yang merawat anak, sebaiknya melakukan stimulasi tumbuh kembang.. Berdasarkan data yang diperoleh di Desa Lambiheue Siem tahun 2015 jumlah anak usia 1 sampai 3 tahun berjumlah 52 orang, dan hasil yang  diperoleh bahwa hampir sebagian besar ibu yang mempunyai anak 1 sampai 3 tahun belum mengerti tentang stimulasi perkembangan pada anak yang sesuai dengan usia anak mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan stimulasi perkembangan anak usia 1 - 3 tahun terhadap pemberian stimulasi di desa Lambiheue Siem Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015.
Metode penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25-27 Agustus 2015, dengan jumlah populasi dan sampel sebanyak 52 responden anak usia 1-3 tahun, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik Total Populasi.
Pengolahan data menggunakan uji Chi-Square Test.
Berdasarkan hasil penelitian dari 52 responden yang diteliti, diperoleh bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan stimulasi perkembangan anak usia 1-3 tahun dengan nilai P=0,006 yang berarti lebih kecil dari α-value (P<0 span="">.
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan ke setiap desa tentang pentingnya stimulasi perkembangan pada anak sehingga ibu-ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun dapat menerapkan atau memberikan stimulasi sejak dini kepada anaknya sehingga anak dapat tumbuh dengan baik.



Kata Kunci                   : Pengetahuan, Stimulasi Perkembangan Anak
Kepustakaan               : 12 buku (2009-2014) dan 5 situs internet 
Jumlah Halaman            : xii, 37 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 12 lampiran



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Pengetahuan
1.      Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahun, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telnga (Notoatmodjo,2010).
Menurut pendekatan kontruktivitas, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai kontruksi kognitif seseorang terhadap proyek, pengalaman maupun lingkungan. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia sementara orang lain hanya meerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setia saat mengalami perorganisasi karena adanya pemahaman – pemahaman baru (Pro Health, 2009).
2.      Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan yang diinginkan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a.       Tahu (know)
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah di artikan sebagai recall ( memanggil ) memori yang telah ada seblumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang sesuatu dapat menggunakan pertanyaan – pertanyaan.
b.      Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, bila telah paham secara objek, maka kita harus menjelaskan, menerangkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objekyang dipelajari.
c.       Aplikasi (application)
Merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
d.      Analisa (analysis)
Merupakan kemampuan dalam menjabarkan dan memisahkan kemudia mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e.       Sintesis (synthesis)
Menunjukkan suatu kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen – komponen pengetahuan yang dimiliki.


f.       Evaluasi (evaluating)
Merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normal – normal yang berlaku dimasyarakat.
3.      Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan, informasi, pengalaman, pekerjaan dan lingkungan (Notoatmodjo,2010)
a.       Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang dalam berfikir logis, umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku yaitu seseorang akan berubah seiring dengan perubahan kehidupan dan tahap perkembangan manusia, umur dibagidalam empat tahapan, di antaranya :
1.      Adolescemce/muda (13–20 tahun).
2.      Early Adult – Hood/dewasa awal (21-35 tahun).
3.      Young an Middle Adult – Hood/dewasa pertengahan (36-45 tahun).
4.      Dewasa tua (45 keatas).

b.      Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendi. Pendidikan dapat menambah wawasan ataupun pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai penetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Menurut UU Nomor 9 2009, jenjang pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Yang dimaksud pendidikan dasar di Indonesia adalah wajib belajar 9 tahun yaitu SD/MI dan SMP/MTs, pendidikan menengah yaitu SMA/SMK, pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi/akademi.
c.       Informasi
Fasilitas – fasilitas sebagia sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Misalnya radio, televisi majalah, koran dan buku (Notoatmodjo, 2007)
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupunnon formal akan memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia macam – macam media masa yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain – lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok, media masa membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Pro Health, 2009).
d.      Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2007).
e.       Pekerjaan
Bekerja umunya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.


f.       Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku atau kelompok.
B.     Konsep Dasar Stimulasi Pada Anak Usia 1- 3 Tahun
1.      Pengertian
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan diluar individu anak (Maryunani, 2010)
2.      Tujuan Stimulasi
Stimulasi diperlukan untuk perkembangan otak anak yang akan menetukan kecerdasan. Apalagi bila dikaitkan dengan the golden age, atau masa pesat perkembangan otak di usia 1 – 3 tahun akan tetapi ada juga yang mengatakan 1- 6 tahun (Prima, 2012)
Semakin bervariasi rangsangan yang di terima anak maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak dikemudian hari bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (Kompas, 2013)
Masalahnya, begitu banyak hal yangperlu dipelajari dari si kecil lewat kelima indranya. Ada indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, hingga pengecap. Yang diharapkan adalah orang tua rajin menstimulasi semua indra bayi secara seimbang, agar tumbuh kembangnya menjadi optimal (Prima, 2012).
3.      Prinsip stimulasi
Dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai berikut :
a.         Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang
b.        Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya
c.         Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak
d.        Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman
e.         Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak
f.         Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak
g.        Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
h.        Anak selalu diberikan pujian, bila perlu diberikan hadiah atas keberhasilannya (Oktaria, 2012).
4.      Cara memberi stimulasi
Stimulasi yang tepat untuk anak dimasa tumbuh kembangnya dapat dilakukan setian hari. Namun, stimulasi yang paling efektif adalah dengan berinteraksi dengan orang lain. Bayi dan anak juga membutuhkan orang lain, selain keluarga. Bonding atau ikatan interaksi sosial ini sangat dibutuhkan anak untuk membantunya mengatasi masalah dan bersosialisasi di dunia nyata yang nantinya akan mereka hadapi (Kompas, 2012).
Dengan adanya stimulasi sejak dini, secara tidak langsung kondisi emosional anak juga akan dilatih. Dengan interaksi nyata, anak akan berlatih untuk mampu mengendalikan emosi terhadap apa yang mereka alami. Pada akhirnya hal ini akan membantu anak untuk lebih sabar dan bijaksana dalam mengambil keputusan, interaksi sosial juga akan membuat anak mendapatkan pengalaman baru yang membuat mereka belajar, dan akhirnya bisa mengasah otak dan membuat mereka menjadi lebih pandai (Kompas, 2012).
5.      Stimulasi yang dibutuhkan oleh anak
a.       Stimulasi fisik
Rangsangan untuk fisik bayi dan balita sangat di perlukan, karena pada usai mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat. Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari akan sangat membantu perkembangan mereka.
b.      Stimulasi emosi
Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan sedih. Dengan menghibur pada saat menangis karena mainannya rusak akan membantu. Ajari pula mereka untuk berbagidengan teman sebaya, misalnya dengan berbagi mainan, sehingga dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi dan berprilaku menyenangkan.
c.       Stimulasi sosial
Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya. Stimulasi ini juga dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh melupakan istirahat dan asupan nutrisinya.
d.      Stimulasi intelektul
Rangsangan intelektual dapat dilakukan dnegan sering memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan rekreasi bersama, dan juga rajin menjawab keingintahuan anak. Stimulasi sosial (Hidayat, 2009).
6.      Stimulasi perkembangan anak dengan bermain sesuai usia
Table 2.1 Contoh stimulasi perkembangan anak
No
Stimulasi Perkembangan Anak Dengan Bermain Sesuai Usia
1.       
Usia 9 -12 bulan

1.      Panggil namanya, ajak besalaman

2.      Ajak tepuk tangan, bacakan dogeng

3.      Rangsang duduk, berbiri berpegangan

4.      Minum dari gelas, gelindingkan bola

5.      Masukkan mainan kedalam wadah

6.      Latih berdiri, berjalan berpegangan
2.       
Usia 13 – 18 bulan

1)      Berjalan mundur

2)      Berjalan naik dan turun tangga

3)      Minum sendiri dari cangkir

4)      Berbicara dengan boneka

5)      Meniru kata-kata

6)      Menarik mainan dengan letak yang jauh

7)      Menyebutkan nama benda yang ditunjuk

Usia 19 – 24 bulan

1)      Tanya, sebut, tunjuk bagian tubuh

2)      Tanya dan sebutkan nama gambar

3)      Ajak bicara tentang kegiatan sehari – hari

4)      Gambar garis kecil

5)      Cuci tangan, pakai baju – celana tanpa dibantu

Usia 2 – 3 tahun

1)      Sebutkan warna yang ditunjuk

2)      Sebutkan nama teman

3)      Hitung jumlah benda

4)      Pakai baju, sikat gigi, buang air dikakus

5)      Main kartu, boneka, masak-masakan

6)      Gambar garis, lingkaran, manusia

7)      Berdiri satu kaki
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tahapan perkembangan anak berbeda – beda pada setiap tahapan umur sehingga jenis stimulasi yang diberikan juga berbeda – beda. Sebenarnya stimulasi pada anak sudah dapat dilakukan sejak bayi lahir bahkan sejak dalam kandungan (Maryunani, 2010).
C.    Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia 1 - 3 Tahun
1.      Pengertian
a.       Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Sukarmin, 2012).
b.      Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan keahlian (kualitas) dan merupakan aspek tingkah laku pertumbuhan (Maryunani, 2010).
Orang tua juga memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seseorang anak, orang tua juga harus selalu memberikan yang terbaik kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberikan penjelasan cara – cara melakukan stimulasi kepada anak – anak (Depkes, 2009)
2.      Prinsip Perkembangan
Prinsip – prinsip atau pola – pola perkembangan pada anak, antara lain :
a.         Pola yang terarah (Directional)
Dalam perkembangan dengan pola yang terarah ini, terdapat dua prinsip, yaitu :
·         Pola sefalokaudal atau head to tail direction (dari arah kepala ke kaki) yaitu perkembangan yang dimulai dari arah kepala yang bergerak ke bagian ekstremitas.
·         Pola Proksimal-distal atau near to far direction (dari yang paling dekat ke yang jauh). Yaitu perkembangan yang terjadi dari proksimal ke arah distal.
b.        Pola dari umum ke khusus
Dalam prinsip ini pola perkembangan dimulai dengan menggerakkan anggota badan yang lebih umum, selanjutnya menggerakkan anggota badan yang lebih kompleks (Maryunani, 2010).
3.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Secara umum terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain, faktor hereditas dan faktor lingkungan Sukarmin, 2012)
a.    Faktor Hereditas
Hereditas/keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk dirubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal besar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genitik ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa/ras.
b.    Faktor Lingkungan
1.      Lingkungan internal
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadpa perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Cara seorang anak dalam berinteraksi anak diluar rumah. Pada umunya anak yang tahap perkembangannya baik akan mempunyai intelegensi yang tinggi dibandingkan dnegan anka yang tahap perkembangannya terhambat.
2.      Lingkungan Eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhinya, diantaranya kebudayaan, kebudayaan suatu daerah akan mempengaruh kepercayaan, adat kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana orang tua mendidik anaknya. Status sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua yang ekonomi menegah keatas dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya disekolah – sekolah yang berkualitas, sehingga mereka dapat menerima atau mengadopsi cara-cara baru bagaimana cara merawat anak dengan baik. Status nutrisi pengaruh juga sangat besar, orang tua dengan ekonomi lemah bahkan tidak mampu memperikan makanan tambahan buat bayinya, sehingga bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun dan akhirnya anak akan jatuh sakit.
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot – otot, posisi anak dalam keluarga ditengarai juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian ornag tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik emosi maupun sosial.
3.      Faktor pelayanan kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada disekitar lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan tumbang anak dapat dipantau. Sehingga apabila terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dan perkembangannya, anak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan dan diberikan solusi pencegahan.
4.      Pengetahuan
Pengetahuan tinggi mempunyai peluang 11,3 kali untuk memberikan stimulasi pada anaknya dibandingkan dengan pengetahuan yang rendah. Meningkatnya pengetahuan selalu diikuti oleh perbaikan perilaku dalam memberikan stimulasi, perkembangan yang memadai dan besarnya pengaruh faktor luar lain seperti peran lingkungan anak yang baik. Bahwa lingkungan yang baik akan memungkinkan dicapainya potensi bawaan, demikian sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat potensi bawaan (Fitriani, 2008).
Ini juga didukung oleh pendapat Hariweni (2012) yang mengatakan peran seorang ibu atau orang tua dalam pemberian stimulasi pada anaknya sangat besar, karena itu diperlukan pemahaman yang besar mengenai pemberian stimulasi, karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian stimulasi  adalah pengetahuan ibu.


0 Response to "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 1 – 3 TAHUN TERHADAP PEMBERIAN STIMULASI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel