IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)
IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)
Disusun
Oleh:
UNIVERSITAS
AKADEMI KEBIDANAN
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
KEK adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA.
<23 cm.="" nbsp="" span="">23>
<23 cm.="" nbsp="" span="">23>
Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan selama masa kehamilan sehingga hal ini menjadi masalah yang besar di Indonesia menurut Survey Data Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 disebutkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 228 per 100.000 dari jumlah kelahiran hidup. Sedangkan di wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten mencapai 116,34 per 100.000 jumlah kelahiran hidup (Depkes.RI, 2012).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi KEK ?
2. Bagaimana Etiologi KEK ?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala KEK ?
4. Bagaimana Patogenesa KEK ?
5. Bagaimana Upaya Penanggulagan KEK ?
6. Apa Anjuran Diet Yang Baik Untuk KEK ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi KEK
2. Untuk Mengetahui Etiologi KEK
3. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala KEK
4. Untuk Mengetahui Patogenesa KEK
5. Mengetahui upaya Penanggulangan KEK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI KEK
Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23 cm.="" o:p="">23>
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23 cm.="" o:p="">23>
2.2 ETIOLOGI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK
1. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan
kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya
a) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
b) Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
c) Factor perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).
1. Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik
b) Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
c) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
· Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
· Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan (Departemen Gizi dan KesmasFKMUI,2007).
a) Berat badan saat hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil.sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
1.3 TANDA DAN GEJALA KEK
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa criteria sebagai berikut :
a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
b. Tinggi badan ibu < 145 cm
c. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
d. Indeks masa tubuh ( IMT ) sebelum hamil < 17, 00
e. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %)
1.4 PATOGENESA
Kurang energy pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh akan energy tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi yang lebih besar dari kebutuhan energy individu normal.Hal ini dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan energy untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya. Oleh sebab itu jika pemenuhan kebutuhan energy pada ibu hamil kurang dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu, tetapi juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energy.Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein maupun lemak merupakan hal yang sangat penting dalam usaha untuk mempertahankan kehidupan.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Sehingga jika keadaan ini berlanjut terus menerus, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan protein amino yang digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini terus berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi terutama energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.
1.5 UPAYA PENANGGULANGAN KEK
a. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana menanggulanginya.
b. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia.Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
c. Konsumsi tablet Fe selama hamil
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah.
Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.
Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.
1.6 ANJURAN DIET
Masalah KEK pada ibu hamil dapat ditanggulangi dengan berbagai macam cara, yaitu sebaga iberikut:
1) Pemantauan status gizi dan kesehatan melalui pemeriksaan di Posyandu atau Polindes dengan menggunakan KMS ibu hamil dan pita LILA
2) PMT bagi ibu hamil (pemberian makanan tambahan kudapan atau makanan biasa dengan komposisi energi 600-700 kkal dan protein 15-20 gram selama 90 hari makan) sasaran keluarga miskin program JPS-BK untuk mengatasi masalah KEK.
3) Suplementasi tablet besi-folat, (kadar besi 60 mg, asamfolat 250 ug), dikonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilan (Dr. Suparyanto, M.Kes. 2011).
Selain program-program di atas, masalah KEK pada ibu hamil dapat dibantu dengan cara pengaturan diet yang benar pada penderita. KEK Seorang ibu hamil memerlukan tambahan energy untuk pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan-jaringan lainnya sebesar 300 kkal per hari. Tambahan energy ibu hamil diperoleh dari karbohidrat.Selain tambahan energy ibu hamil juga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein.Tambahan protein yang dibutuhkanpada trimester pertama, kedua dan ketiga sebesar 17 gram per hari (HardinsyahdanTambunan 2004).
Timbulnya KEK pada ibu hamil disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein serta zat gizilainnya selama kehamil.Oleh karena itu, jenis diet yang tepat untuk ibu hamil penderita KEK adalah Diet Energi Tinggi Protein Tinggi.Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) merupakan diet yang mengandung energy dan protein di atas kebutuhan individu normal.Diet ini biasa diberikan pada pasien yang mengalami kekurangan energyi dan protein contohnya KEK pada ibu hamil.
Tujuan pemberian diet ETPT adalah untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh dan juga menambah berat badan hinga mencapai berat badan normal. Bahan makanan yang dianjurkan dalam pemberian diet ETPT ini adalah semua bahan makanan sumber karbohidrat, meningkatkan konsumsi protein baik hewani maupun nabati, sert ameningkatkan asupan sayuran dan buahan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “R“ UMUR 30th G2 P1 A0 UMUR KEHAMILAN 27 MINGGU DENGAN KEHAMILAN KEK DI PUSKESMAS Aron
Tanggal/jam masuk : 15 Mei 2013 / 08.00 WIB
Bidan : Sri Haryanti
Tempat : Puskesmas Aron
Diagnsa : G2 P1 A0 dengan hamil 27mg dengan hamil KEK
...............................................................................................................................
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
KEK adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23 cm.="" o:p="">23>
4.2 SARAN
Semoga hasil makalahini dapat lah kiranya menambah wawasan dan bahan masukan khususnya bagi masyarakat dan institusi dalam dunia pendidikan serta menambah pengetahuan bagi penulis agar pembuatan makalah kedepan nya dapat lebih baik lagi dan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Penelitian Gizi dan Makanan jilid 21. Alimul, A.H. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo,Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM
Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press
Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Jogyakarta : Fitramaya
Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jogyakarta : Muha Medika
0 Response to "IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)"
Post a Comment