FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan masa yang penting bagi seorang wanita dalam siklus hidupnya . masa ini memerlukan perhatian khusus, karena masa ini akan menentukan kualitas kehidupan selanjutnya, khususnya bagi anak atau bayi yang dikandung. Awal kehamilan merupakan masa-masa kritis bagi janin. Proses organogenesis (pembentukan tubuh) dan perkembangan dan pertumbuhan organ-organ tubuh akan menentukan kehidupan selanjutnya. Masa ini memerlukan perawatan yang benar-benar baik agar proses yang terjadi pada masa ini dapat berjalan optimal. Sumber-sumber bahan makanan yang dibutuhkan tubuh hendaknya dapat dikonsumsi ibu dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Kurangnya salah satu saja dari nutrien-nutrien penting yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin akan berakibat pada kelainan atau kecacatan. Selain kebutuhan akan nutrisi, adanya radiasi dan pengaruh kimia seperti obat-obatan dan pencemaran lingkungan juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin (Bartini, 2012).
Masa penting selama kehamilan seringkali terjadi komplikasi yang mengancam kelangsungan kehamilan. Beberapa komplikasi terjadi sejak awal kehamilan hingga akhir kehamilan. Resiko yang terjadi akan berakibat terhadap keselamatan janin maupun keselamatan ibu. Komplikasi yang terjadi selama kehamilan awal diantaranya: hyperemesis gravidarum (mual-muntah yang berlebihan) dan abortus (keguguran), sedangkan komplikasi pada masa kehamilan lanjut antara lain: anemia, preeklamsia/ eklamsia, (kejang-kejang) persalinan premature dan ketuban pecah sebelum persalinan (Bartini, 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram), yang ditimbang pada saat lahir sampai 24 jam pertama setelah lahir. Berat badan lahir rendah juga merupakan salah satu penentu utama penyakit, kecacatan hingga kematian pada neonatus dan kanak-kanak serta memiliki dampak jangka panjang pada hasil kesehatan dalam kehidupan dewasanya mendatang. Indikator pertumbuhan janin untuk suatu masa gestasi dikatakan baik jika berat badannya sesuai dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu (Pantiawati, 2010).
Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini merupkan kematin seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran, sedangkan kematian neonatal lanjut merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih dari 7 hari sampai kurang 29 hari. Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup. BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa neonatal (Raharni, 2010)
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) memberikan kontribusi 60% sampai 80% dari seluruh kematian neonatal. Dengan prevalensi global BBLR adalah 15,5%, yang jumlahnya mencapai sekitar 20 juta bayi BBLR yang lahir setiap tahun, dan sekitar 96,5% dari mereka terdapat di negara-negara berkembang. Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju, dan 72% terjadi di Asia. Penelitian yang dilakukan di Asia Selatan diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15-30 juta bayi yang lahir dengan BBLR (Aisyah, 2014).
Di Indonesia angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Demografi Indonesia, angka kejadian BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Pantiawati, 2010).
Sedangkan di Aceh pada tahun 2012 terdapat estimasi jumlah lahir hidup adalah 44.894 orang dan di temukan BBLR sebanyak 1.116 atau 1.4%. BBLR merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian pada bayi terutama pada periode neonatal (Profil Kesehatan Aceh, 2012).
Bayi dengan berat Faktor resiko kejadian BBLR di Indonesia yaitu ibu hamil yang berumur <20 atau="" style="font-family: arial, sans-serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik yang berat, mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan kurang gizi, merokok, konsumsi obat-obtan terlarang, konsumsi alkohol, anemia, pre-eklamspsi atau hipertensi, infeksi selama kehamilan, kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan dan infeksi selama dalam kandungan (Depkes RI, 2009).20>
Sedangkan menurut WHO (2004), faktor resiko kejadian BBLR yaitu status gizi, status ekonomi, pendidikan, komplikasi kehamilan, pekerjaan berat, umur kehamilan, umur ibu, riwayat BBLR sebelumnya, alcohol, merokok, obat-obatan terlarang, riwayat penyakit, kehamilan ganda, tinggi badan dan tinggal di daerah ketinggian.
Dari hasil survey di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh pada bulan Juni 2015 terdapat 6 bayi, 4 diantaranya dengan BBLR, Informasi dari bidan menyebutkan bahwa selama tahun 2014 terdapat 2 bayi yang meninggal karena BBLR. Sedangkan data yang didapat di Puskesmas Banda Raya sejak Januari 2014 sampai Juli 2015 bahwa ada 150 ibu Nifas dan 45 bayi dengan BBLR (Profil Puskesmas Banda Raya, 2015).
Berdasarkan data diatas, maka peneliti mencoba untuk mengadakan penelitian yang berjudul “faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015”. Penyebab penulis melakukan penelitian di Puskesmas Banda Raya dikarena angka bayi berat lahir rendah masih terhitung tinggi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari umur ibu
b. Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari pendidikan ibu
c. Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari pengetahuan ibu
d. Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari pelayanan antenatal care
e. Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari KEK (Kekurangan Energi Kronik)
f. Untuk mengetahui faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari anemia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Puskesmas
Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petugas Puskesmas mengenai faktor-faktor penybab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) serta dapat mengurangi angka kematian neonatal.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi mahasiswi tentang faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) serta dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
3. Bagi peneliti
Diharapkan agar menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam penulisan proposal serta melatih peneliti dalam mengembangkan kemampuan berfikir secara objektif dan menjadikan suatu pengalaman yang berharga.
E. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup materi
Materi dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh.
2. Ruang lingkup responden
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu melahirkan bayi dari bulan januari sampai September di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh.
3. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini akan direncanakan di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh.
4. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian ini telah di rencanakan pada bulan september 2015.
F. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran peneliti, penelitian tentang faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), sudah pernah dilakukan oleh:
1. Surahman (2015) “Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Usia 0-11 Bulan Di Pulau Sulawesi”. Kejadian BBLR di Pulau Sulawesi sebesar 20,3%. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara IMT ibu dan kejadian BBLR pada bayi usia 0-11 bulan di Pulau Sulawesi sedangkan usia ibu, tingkat pendidikan ibu, dan jenis kelamin bayi menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian BBLR (p > 0,05). Hasil analisis regresi logistik didapatkan variabel yang paling berpengaruh adalah IMT kurus dengan OR 4,114 yang berarti ibu dengan IMT kurus akan beresiko melahirkan bayi BBLR 4,114 kali dibandingkan dengan ibu yang IMT normal.
2. Yanti, SA, (2013) “Analisis Faktor Resiko Pada Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Di Bawah Normal Di Rsup H. Adam Malik Medan” Dari hasil penelitian diperoleh 3 faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian berat badan bayi lahir di bawah normal di RSUP H. Adam Malik Medan yaitu faktor dalam diri ibu (36,854 % ), faktor sosial ekonomi (17,274 %), dan faktor status gizi (15,688 %). Dari ketiga faktor yang diperoleh memberikan proporsi keragaman kumulatif sebesar 69,816 % ini berarti ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi pada resiko kejadian berat badan bayi lahir di bawah normal di RSUP H. Adam Malik Medan sebesar 69,816 % dan sisanya dapat dipengaruhi faktor-faktor lainnya yang tidak teridentifikasi oleh model penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengertian
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Bayi yang dilahirkan berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal (Djitowiyono, 2011)..
BBLR merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Djitowiyono, 2011).
BBLR adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Djitowiyono, 2011).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal Medicine” II di London (1970) telah disusun definisi sebagai berikut (Djitowiyono, 2011):
a. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
c. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
Dengan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat di bagi menjadi 2 golongan: yaitu prematuritas dan dismaturitas. Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau disebut Neonates Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SKM) (Djitowiyono, 2011).
2. Penyebab BBLR
Menurut Pantiawati, (2010), mengungkapkan bahwa penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
Sedangkan Menurut Djitowiyono, (2011) menyatakan bahwa BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Ibu
1) Gizi saat hamil yang kurang (Anemia)
Kurang gizi pada saat hamil apabila tidak mendapatkan penanganan dengan baik secara intensif akan mengakibatkan anemia. Kebanyakan ibu hamil anemia gizi. Oleh sebab itu pada saat hamil ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi.
2) Penyakit
a) Toksemia gravidarum
b) Perdarahan antepartum
c) Trauma fisik dan psikologis
d) Nefritis akut
e) Diabetes mellitus
3) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinannya. Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan Rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan sehingga panggul san Rahim masih kecil. Disamping itu, usia diatas 35 tahun cendrung mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan serta resiko terjadinya cacat bawaan pada janin.
4) Keadaan Sosial
a) Golongan sosial ekonomi rendah
b) Perkawinan yang tidak sah
5) Sebab lain:
a) Ibu yang perokok
b) Ibu peminum alcohol
c) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor Janin
1) Hidramnion
2) Kehamilan ganda
3) Kelainan kromosom
c. Faktor Lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) radiasi
3) Zat-zat racun
4) Karakteristik (keadaan yang dijumpai)
B. Fakto-faktor Penyebab Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berbagai faktor yang memengaruhi BBLR antara lain meliputi jenis kelamin bayi, ras, keadaan plasenta, umur ibu, aktivitas ibu, kebiasaan merokok, paritas, jarak kehamilan, tinggi badan dan berat badan ibu sebelum kehamilan, keadaan sosial ekonomi, gizi, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan (Jitowiyono, 2012).
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain yaitu umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Sulistiani, 2014).
1. Umur
Ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya akan banyak mengalami komplikasi dalam kehamilan. Begitu juga dengan kondisi bayi yang dikandungnya. Ukuran umur muda adalah bila ibu mengandung pada usia kurang dari 20 tahun dan tua apabila di atas 35 tahun.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001) kehamilan resiko tinggi dapat timbul pada keadaan empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu dekat). Pada kelompok umur beresiko yaitu < 20 tahun > 35 tahun dan kelompok umur tidak beresiko atau resiko ringan yaitu 20 tahun sampai 35 tahun. Pada kehamilan usia muda <20 asupan="" banyak="" gizi="" ibu="" janin.="" juga="" kehamilan="" keperluan="" lebih="" membutuhkan="" pada="" pertambahan="" sedangkan="" sendiri="" tahun="" untuk="" usia="">35 tahun akan mengalami problem kesehatan seperti hipertensi 20>(Sulistiani, 2014).
Umur dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia yang dianggap resiko dalam masa kehamilan. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun panggul dan rahim masih kecil dan alat reproduksi yang belum matang, Pada usia di atas 35 tahun, kematangan organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan pada saat umur 20-35 tahun. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan pada saat persalinan dan beresiko terjadinya cacat bawaan janin serta BBLR (Manuaba, 2009).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu menggambarkan pengetahuan kesehatan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai kemungkinan pengetahuan tentang kesehatan juga tinggi, karena makin mudah memperoleh informasi yang didapatkan tentang kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Sebaliknya pendidikan yang kurang mengahambat perkembangan seseorang terhadap nilai nilai yang baru di kenal (Notoatmodjo, 2011).
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan keputusan. Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan gizi selama masa kehamilan (Meilani, 2009).
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula pengetahuan kesehatan. Pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang menerima informasi lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah. Pengetahuan kesehatan yang tinggi menunjang perilaku hidup sehat dalam pemenuhan gizi ibu selama kehamilan (Meilani, 2009).
3. Pengetahuan
a) Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2011).
b) Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011) menjelaskan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
i) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
ii) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramal dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
iii) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
iv) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerta; dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebaginya.
v) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
vi) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.
c) Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita selesaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoadmojo, 2011).
Penentuan kategori pengukuran ditentukan dengan mengunakan rumus interval, yaitu:
Ket : I = Interval L = Low (nilai terendah) K = Kelas Interval H = high (nilai tertinggi |
I =
I = 5
Berdasarkan perhitungan diatas, maka penghasilannya adalah:
1. Baik jika nilai 6-10
2. Kurang jika nilai 0-5
4. Pelayanan Antenatal Care
Perawatan ibu selama kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan untuk pelayanan antenatal adalah 5T/7T. Untuk memperluas cakupan pelayanan antenatal di masyarakat, kegiatan pemeriksaan dapat diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan lain, misalnya : kegiatan puskesmas keliling, kegiatan tim KB keliling, kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kegiatan posyandu, dan lain-lain. Tempat pemberian pelayanan antenatal dapat bersifat statis (tetap) dan aktif (mobile), yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin desa, posyandu, rumah penduduk, rumah sakit pemerintah / swasta, rumah sakit bersalin, rumah sakit ibu dan anak, dan tempat praktek swasta (bidan, dokter) (Meilani, 2009).
Jumlah kunjungan yang dianjurkan bagi seorang ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya adalah > 4 kali kunjungan pada masa kehamilan tanpa memperhatikan jumlah kunjungan pada tiap semester.
5. KEK (Kekurangan Energi Kronik)
Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu kekurangan energi kronik (KEK), KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung berupa peningkatan kematian ibu, sedangkan bayi berisiko mengalami BBLR, kematian dan gangguan tumbuh kembang, kematian bayi merupakan indicator status kesehatan masyarakat yang penting berhubungan dengan anak sebagai investasi bangsa. Ibu hamil yang KEK sebaiknya mendapatkan makanan tambahan dan penyuluhan yang berkualitas (Sulistiani, 2014).
KEK disebabkan oleh kekurangan energi dalam jangka waktu yang cukup lama. KEK pada wanita di negara berkembang merupakan hasil kumulatif dari keadaan kurang gizi sejak masa janin, bayi dan anak-anak serta berlanjut hingga dewasa. Secara spesifik, penyebab KEK pada ibu hamil adalah akibat dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara musiman atau secara kronis di tingkat rumah tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya beban kerja ibu hami (Sulistiani, 2014).
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180Kkal, dan lemak 36.337Kkal. agar energi ini bisa ditabungmasih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.224Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energy yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil perjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraan lamanya kehamilan dalam hari sehingga diperoleh angka 300Kkal (Sulistiani, 2014).
Mekanisme terjadi BBLR akibat Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil yaitu diawali dengan ibu hamil yang menderita KEK yang menyebabkan volume darah dalam tubuh ibu menurun dan cardiac ouput ibu hamil tidak cukup, sehingga menyebabkan adanya penurunan aliran darah ke plasenta. Menurunnya aliran darah ke plasenta menyebabkan dua hal yaitu berkurangnya transfer zat-zat makanan dari ibu ke plasenta yang dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dan pertumbuhan plasenta lebih kecil yang menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah(BBLR) (Sulistiani, 2014).
LILA merupakan indikator status gizi ibu hamil, LILA di asumsikan ukuran yang tidak terpengaruh dengan berat badan ibu dan bayi dalam kandungan. Di Indonesia batas ambang LILA normal adalah 23,5 cm. Ibu hamil dengan ukuran LILA kurang 23,5 cm berisiko menderita kekurangan energy kronik (KEK) yang dapat menyebabkan prematuritas dan resiko berat badan bayi rendah (BBLR) (Festy, 2010).
Pengukuran Lingkar Lengan Bagian Atas (LILA) Ibu pada saat hamil sangat penting. Tujuan dilakukan pengukuran LILA untuk mengetahui secara dini status gizi ibu hamil, apabila ukuran LILA <23 apabila="" bayi="" bblr="" besar.="" cm="" dengan="" hamil="" ibu="" kemungkinan="" lebih="" lila="" maka="" melahirkan="" sedangkan="" ukuran="" untuk="">23,5 cm maka ibu akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Hal ini disebabkan setiap ibu hamil memerlukan tambahan kalori dan nutrisi sehari-hari karena selama kehamilannya mereka harus memasuk energy untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya (Puji, 2009). 23>
6. Anemia
Anemia oleh orang awan dikenal sebagai “kurang darah”. Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia berbeda dengan tekanan darah rendah. Tekanan darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke notak dan bagian tubuh lainnya (Feryanto, 2012).
Menurut Muliarini (2010), menyatakan bahwa anemia terjadi karena kadar hemoglobin dalam sel darah merah kurang. Normalnya, kadar hemoglobin dalam darah sekitar 12g/100 ml. kada hemoglobin antara 9-11g/100 ml, anemia sedang kadar hemoglobin 6-8g/100 ml, ialah anemia berat. Jumlah kadar hemoglobin dalam setiap sel darah merah akan menentukan kemampuan darah mengakut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh termasuk ke pembuluh darah yang memberi asupan makanan dan oksigen pada janin. Oksigen diperlukan demi kelancaran seluruh fungsi organ tubuh ibu dan proses tumbuh kembangjani.
Sedangkan Menurut Yahya (2011), mengungkapkan bahwa anemia pada kehamilan adalah kurangnya kadar Hb/hemoglobin pada wanita hamil, yaitu kurang dari 10 g% (pada wanita tidak hamil baru disubut anemia jika kadar Hb kurang dari 12 g%.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. KerangkaKonsep
Menurut Djitowiyono, (2011) menyatakan bahwa Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor ibu (anemia, penyakit, pendidikan, pengetahuan, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, keadaan sosial atau Kekurangan Energi Koronik dan sebab lain), faktor janin (hidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan kromosom), dan faktor lingkungan (radiasi, zat-zat racun, dan pemeriksaan kehamilan).
Oleh karena keterbatasan peneliti maka dalam penelitian ini umur, pendidikan, pengetahuan, ANC, KEK, dan anemia sebagai variabel independen dan kejadian BBLR sebagai variabel dependent, sebagaimana terlihat pada kerangka konsep berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. PertanyaanPenelitian
1. Bagaimanakah faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari umur ibu?
2. Bagaimanakah faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari pendidikan?
3. Bagaimanakah faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari pengetahuan?
4. Bagaimanakah faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari pelayanan antenatal care?
5. Bagaimanakah faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari KEK (Kekurangan Energi Kronik)?
6. Bagaimanakah faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015 di tinjau dari anemia?
C. DesainPenelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional merupakan penelitian sektional silang, variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali (dalam waktu yang bersamaan) (Sarwono, 2006).
D. VariabelPenelitian
Penelitian ini hanya di teliti satu variabel yaitu penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) sedangkan sub variabelnya adalah umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, antenatal care dan (Kekurangan Energi Kronik)
E. HubunganAntarVariabel
Dalam penelitian ini peneliti mencari penyebab antar variabel.
F. DefinisiOperasional
No | Variabel | Definisi Operasional | Alat Ukur | Cara Ukur | Hasil Ukur | Skala Ukur | |
Variabel dependen | |||||||
1. | Kejadian BBLR | Berat badan bayi yang baru lahir | Kohort Bayi | Observasi | 1. Tidak BBLR 2. >2500gr BBLR: <2500gr span=""> | Ordinal | |
Variabel independen | |||||||
1. | Umur | Umur pada saat melahirkan yang tercantum dalam rekam medis puskesmas | Kuesioner | Wawancara | 1. Tidak berisiko 20-35 2. Berisiko <20 dan="" span=""> >35 tahun | Ordinal | |
2. | Pendidikan | Pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani ibu sampai saat persalinan terakhir. | Kuesioner | Wawancara | 1. Tinggi (Sarjana/ Diploma) 2. Menengah (SMP/ SMA) 3. Dasar (SD) | Ordinal | |
3. | Pengetahuan | Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang kejadian BBLR | Kuesioner | Wawancara | 1. Baik x ≥ 6 2. Kurang x > 6 | Ordinal | |
4. | Antenatal care | Kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan | Kuesioner | Wawancara | 1. Ya (jika melakukan kunjungan minimnal 4 kali) 2. Tidak (jika tidak melakukan kunjungan/ kurang dari 4 kali) | Ordinal | |
5. | KEK | KEK pada ibu nifas yang dilihat melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) | Pita ukur (Centimeter) | Mengukur | 1. Tidak (jika LILA ≥23,5) 2. Ya (jika LILA >23,5) | Ordinal | |
6. | Anemia | Suatu Keadaan dimana kadar Hb kurang dari 10 gram% | Kohort Ibu | Observasi | 1. Tidak Anemia (≥10 gr%) 2. Anemia (<10 gr="" o:p="">10> |
Ordinal
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Penelitian
G. PopulasidanSampelPenelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu nifas yang pernah melahirkan bayi dengan BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015, yang berjumlah 30 orang.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara total sampling yaitu seluruh ibu nifas yang dilihat dari usia melahirkan, jumlah partus, dan anemia di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015, yang berjumlah 30 orang.
H. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen adalah Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa kuesioner (pertanyaan), Pita cm dan Hb (Notoatmodjo, 2005)
a. Variabel Umur
Pengukuran variabel umur dengan menggunakan kuesioner yang berjumlah 1 pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut:
1) Berisiko <20 dan="" span=""> >35 tahun 20>
2) Tidak berisiko 20-35 (Kemenkes, 2001)
b. Variabel Pendidikan
Pengukuran variabel pendidikan dengan menggunakan kuesioner yang berjumlah 1 pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut :
1) Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan sarjana/diploma
2) Tingkatan pendidikan menengah, yaitu pendidikan SMA/SMP dan sederajat.
3) Tingkat pendidikan dasar, yaitu pendidikan SD/ sederajat (BPS, 2008)
c. Variabel Pengetahuan
Penelitian mengunakan instrument berupa angket (kuesioner) yang berisi 10 pertanyaan dengan bentuk dichotomy choice pilihan jawaban (BENAR/SALAH) memberikan jawabannya dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada salah satu pilihan jawaban yang dianggap benar. Skor untuk jawaban yang benar = 1 dan jawaban salah = 0. Untuk variabel pengetahuan penentuan kategori pengukuran ditentukan dengan mengunakan rumus interval,yaitu:
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Dengan nilai jika :
X ≥ , maka nilai adalah baik
X < , maka nilai adalah kurang
Berdasarkanperhitungan diatas, maka penghasilannya adalah (Budiarto, 2002) :
1) Baik jika nilai 6-10
2) Kurang jika nilai 0-5
d. Variabel Pelayanan Antenatal Care
Pengukuran variabel Pelayanan Antenatal Care dengan menggunakan kuesioner yang berjumlah 1 pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut:
1) Ya > dari 4 kali
2) Tidak < dari 4 kali
e. Variabel Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Pengukuran variabel Kekurangan Energi Kronik (KEK) dengan menggunakan alat ukur Pita Cm hasil ukur dalam penelitian ini adalah:
1) Resiko KEK jika hasil ukur < 23,5 cm
2) Tidak KEK jika hasil ukur > 23,5 cm.
Pengukuran variabel anemia dengan menggunakan alat ukur hasil tes darah (HB) yang di lihat dalam kohort ibu. Hasil ukur dalam penelitian ini adalah:
1) Anemia (<10 gr="" o:p="">10>
2) Tidak Anemia (>10 gr%)
g. Variabel Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Pengukuran variabel BBLR lihat dalam kohort ibu hasil ukur dalam penelitian ini adalah:
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) jika berat badan < 2500gr
2) Tidak Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) jika berat badan > 2500gr
2. Metode Pengumpulan Data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur adminitrasi yang berlaku dalam penelitian, yaitu mendapatkan izin dari direktur akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh, dan izin dari kepala Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015.
b. Tahap pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah disediakan dan selanjutnya diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk.
I. MetodePengolahan Data danAnalisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengikut langkah-langkah menurut Arikunto (2006) sebagai Berikut:
a. Coding
Memberikan kode yang merupakan nomor responden pada setiap kuesioner yang diberikan kepada responden.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan pada saat pengolahan data.
b. Editing
Melakukan pengecekan pada setiap kuesioner yang telah diisi oleh responden seperti kelengkapan kuesioner dan nomor responden agar tidak terjadi kesamaan pada penomoran yang dapat mengurangi jumlah kuesioner, sehingga didapat data yang akurat.
a. Tabulating
Data yang terkumpul dan diperiksa selanjutnya ditabulasi atau dikelompokkan data sesuai dengan kebutuhan penelitian untuk membedakan hasil pengolahan data dari setiap variabel, kemudian ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi.
b. Transfering
Data telah dikelompokkan selanjutnya dimasukkan kedalam sebuah tabel pengolahan data secara berurutan sesuai dengan variabel penelitian yang diteliti, kemudian disajikan dalam bentuk master tabel (tabel umum).
2. Analisa Data
Analisis data dilakukan untuk menunjang kegiatanan alisis sebagai upaya pembuktian hipotesis, teknik analisis yang digunakan adalah :
a. AnalisisUnivariat
Setelah dilakukan pengolahan data yang diberikan secara manual, kemudian dianalisa secara deskriptif dengan menghitung persentase dari tiap-tiap variabel
b. AnalisaBivariat
Untuk mengukur hubungan antara variabel akan dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu menggunakan Statistic Program Service Sulotion (SPSS) Versi 17.0. Aturan yang berlaku pada uji Chi Square (X2) untuk program komputerisasi SPSS adalah sebagai berikut:
1) Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai e (harapan) kurang dari 5, maka digunakan Fist Extract Test
2) Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuty Correction.
3) Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain yang digunakan adalah Person Chi-Square
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 07 sampai dengan 14 September 2015 terhadap 30 orang responden di Puskesmas Banda Raya Banda aceh, dengan cara membagikan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 14 pertanyaan mengenai umur ibu, pendidikan, pengetahuan, pelayanan antenatal care, KEK dan anemia, selengkapnya hasil penelitian yang diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
Dibawah ini adalah tabel-tabel distribusi frekuensi hasil penelitian tentang faktor-faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh Tahun 2015, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariate
a. Umur
Ada dua kategori pada variabel umur yaitu kriteria berisiko jika <20 dan="">35 tahun dan tidak berisiko jika 20-35 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 20>
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi UmurTentang Penyebab
Kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Umur | Frekuensi | Persen (%) |
1 2 | Tidak Berisiko Berisiko | 24 6 | 80 20 |
Jumlah | 30 | 100 |
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti mayoritas responden umur tidak berisiko tentang penyebab kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh sebanyak 24 responden (80%) dan responden umur berisko tentang penyebab kejadian BBLR sebanyak 6 responden (20%).
b. Pendidikan
Ada empat kategori pada variabel pendidikan yaitu kriteria tinggi jika sarjana/diploma, menengah jika SMA/SMP dan dasar jika SD, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan Tentang Penyebab
Kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Pendidikan | Frekuensi | Persen (%) |
1 2 3 | Tinggi Menengah Dasar | 12 15 3 | 40,0 50,0 10,0 |
Jumlah | 30 | 100,0 |
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti mayoritas responden pendidikan menengah tentang penyebab kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh sebanyak 15 responden (50,0%), pendidikan tinggi sebanyak 12 responden (40,0%) dan pendidikan dasar sebanyak 3 responden (10,0%).
c. Pengetahuan
Ada dua kategori pada variabel pengetahuan yaitu kriteria kurang jika 0-5 dan baik jika 6-10, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi PengetahuanTentang Penyebab
Kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Pengetahuan | Frekuensi | Persen (%) |
1 2 | Baik Kurang | 17 13 | 56,7 43,3 |
Jumlah | 30 | 100,0 |
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti mayoritas responden pengetahuan baik tentang penyebab kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh sebanyak 17 responden (56,7%) dan pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (43,3%).
d. Pelayanan Antenatal Care
Ada dua kategori pada variabel pelayanan antenatal care yaitu kriteria tidak jika (tidak ada kunjungan) dan ya jika (ada kunjungan), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pelayanan Antenatal CareTentang Penyebab Kejadian BBLR di Puskesmas
Banda RayaBanda Aceh
No | Pelayanan Antenatal Care | Frekuensi | Persen (%) |
1 2 | Ada kunjungan Tidak ada kunjungan | 17 13 | 56,7 43,3 |
Jumlah | 30 | 100,0 |
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti mayoritas responden pelayanan antenatal careada kunjungan tentang penyebab kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh sebanyak 17 responden (56,7%) dan pelayanan antenatal care tidak ada kunjungan sebanyak 13 responden (43,3%).
e. Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Ada dua kategori pada variabel kekurangan energi kronik (KEK) yaitu tidak jika tidak KEK dan ya jika KEK, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Tentang Penyebab Kejadian BBLR di Puskesmas
Banda RayaBanda Aceh
No | Kekurangan Energi Kronik (KEK) | Frekuensi | Persen (%) |
1 2 | Tidak KEK KEK | 21 9 | 70,0 30,0 |
Jumlah | 30 | 100,0 |
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti mayoritas responden tidak kekurangan energi kronik (KEK) tentang penyebab kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh sebanyak 21 responden (70,0%) dan responden yang kekurangan energi kronik (KEK) sebanyak 9 responden (30,0%).
f. Anemia
Ada dua kategori pada variabel anemia yaitu tidak anemia jika HB >10 gr% dan anemia jika HB <10 dapat="" dibawah="" dilihat="" gr="" ini:="" jelasnya="" lebih="" o:p="" pada="" tabel="" untuk="">10>
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Anemia Tentang Penyebab
Kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Anemia | Frekuensi | Persen (%) |
1 2 | Tidak Anemia Anemia | 21 9 | 70,0 30,0 |
Jumlah | 30 | 100,0 |
Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti mayoritas responden tidak anemia tentang penyebab kejadian BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh sebanyak 21 responden (70,0%) dan responden yang mengalami anemia sebanyak 9 responden (30,0%).
g. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Ada dua kategori pada variabel kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu BBLR jika berat badan bayi <2500gr badan="" bayi="" bblr="" berat="" dan="" jika="" tidak="">2500gr, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 2500gr>
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Kejadian BBLR | Frekuensi | Persen (%) |
1 2 | Tidak BBLR BBLR | 21 9 | 70,0 30,0 |
Jumlah | 30 | 100,0 |
Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti mayoritas responden tidak BBLR di Puskesmas Banda Raya Banda Aceh sebanyak 21 responden (70,0%) dan yang mengalami anemia sebanyak 9 responden (30,0).
2. Analisa Bivariate
a. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari umur
Tabel 4.8
Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau
dari umur di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Umur | Kejadian BBLR | Total | ||||
Tidak BBLR | BBLR | ||||||
f | % | f | % | f | % | ||
1 | Tidak berisiko | 2 | 33,3 | 4 | 66,7 | 6 | 100,0 |
2 | Berisiko | 19 | 79,2 | 5 | 20,8 | 24 | 100,0 |
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang umur berisiko dengan tidak BBLR sebanyak 19 responden (79,2%) dan umur tidak berisiko dengan BBLR sebanyak 4 responden (66,7%) Sedangkan hasil uji chi square tidak terdapat penyebab signifikan umur dengan kejadian BBLR dengan Pvalue = 0,090 (0,090 <0 .05="" span="">). 0>
b. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari pendidikan
Tabel 4.9
Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau
Dari Pendidikan di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Pendidikan | Kejadian BBLR | Total | ||||
Tidak BBLR | BBLR | ||||||
f | % | f | % | f | % | ||
1 | Tinggi | 8 | 66,7 | 4 | 33,3 | 12 | 100,0 |
2 | Menengah | 11 | 73,3 | 4 | 26,7 | 15 | 100,0 |
3 | Dasar | 2 | 66,7 | 1 | 33,3 | 3 | 100,0 |
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang pendidikan menengah dengan tidak BBLR sebanyak 11 responden (73,3%), pendidikan tinggi dengan tidak BBLR sebanyak 8 responden (66,7%) dan pendidikan dasar dengan BBLR sebanyak 1 responden (33,3%). Sedangkan hasil uji chi square tidak terdapat penyebab signifikan pendidikan dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,203 (0,203<0 .05="" span="">). 0>
c. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari pengetahuan
Tabel 4.10
Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau
dariPengetahuan di Puskesmas Banda Raya
Banda Aceh
No | Pengetahuan | Kejadian BBLR | Total | ||||
Tidak BBLR | BBLR | ||||||
f | % | f | % | f | % | ||
1 | Baik | 16 | 94,1 | 1 | 5,9 | 17 | 100,0 |
2 | Kurang | 5 | 38,5 | 8 | 61,5 | 13 | 100,0 |
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang pengetahuan baik dengan tidak BBLR sebanyak 16responden (94,1%) dan pengetahuan kurang dengan BBLR sebanyak 8 responden (61,5%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan pengetahuan dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,004 (0,004<0 .05="" span="">). 0>
d. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari pelayanan antenatal care
Tabel 4.11
Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau
dariPelayanan Antenatal Care di Puskesmas
Banda Raya Banda Aceh
No | Pelayanan Antenatal Care | Kejadian BBLR | Total | ||||
Tidak BBLR | BBLR | ||||||
f | % | f | % | f | % | ||
1 | Ada Kunjungan | 17 | 100,0 | 0 | 0 | 17 | 100,0 |
2 | TidakAda Kunjungan | 4 | 30,8 | 9 | 69,2 | 13 | 100,0 |
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang pelayanan antenatal careada kunjungan dengan tidak BBLR sebanyak 17responden (100%) dan pelayanan antenatal care tidak ada kunjungan dengan BBLR sebanyak 9 responden (69,2%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan pelayanan antenatal care dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,000 (0,000 <0 .05="" span="">). 0>
e. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari kekurangan energi kronik (KEK)
Tabel 4.12
Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari Kekurangan Energi Kronik (KEK)di Puskesmas
Banda Raya Banda Aceh
No | Kekurangan Energi Kronik (KEK) | Kejadian BBLR | Total | ||||
Tidak BBLR | BBLR | ||||||
f | % | f | % | f | % | ||
1 | Tidak KEK | 21 | 100,0 | 0 | 0 | 21 | 100,0 |
2 | KEK | 0 | 0,0 | 9 | 100,0 | 9 | 100,0 |
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang tidak kekurangan energi kronik (KEK)dengan tidak BBLR sebanyak 21 responden (100%) dan yang kekurangan energi kronik (KEK) dengan BBLR sebanyak 9 responden (100,0%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan kekurangan energi kronik (KEK)dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,000 (0,000 <0 .05="" span="">). 0>
f. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari anemia
Tabel 4.13
Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di
tinjau dari Anemiadi Puskesmas
Banda Raya Banda Aceh
No | Anemia | Kejadian BBLR | Total | ||||
Tidak BBLR | BBLR | ||||||
f | % | f | % | f | % | ||
1 | Tidak Anemia | 21 | 100,0 | 0 | 0 | 21 | 100,0 |
2 | Anemia | 0 | 0 | 9 | 100,0 | 9 | 100,0 |
Sumber: Data Primer (Diolah Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang tidak anemia dengan tidak BBLR sebanyak 21 responden (100%) dan responden anemia dengan BBLR sebanyak 9 responden (100%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan anemia dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,000 (0,000 <0 .05="" span="">). 0>
B. Pembahasan
1. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari umur.
Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang umur berisiko dengan tidak BBLR sebanyak 19 responden (79,2%) dan umur tidak berisiko dengan BBLR sebanyak 4 responden (66,7%) Sedangkan hasil uji chi square tidak terdapat penyebab signifikan umur dengan kejadian BBLR dengan Pvalue = 0,090 (0,090 <0 .05="" span="">). 0>
Menurut asumsi peneliti, walaupun secara statistic hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur ibu <20 dan="">35 tahun tidak berisiko terhadap kejadian BBLR, namun banyak penelitian diperoleh hasil bahwa kejadian BBLR paling banyak ditemukan pada ibu yang berumur <20 dan="">35 tahun dibandingkan dengan umur 20-35 tahun. Sehingga ibu yang melahirkan pada umur berisiko tersebut harus tetap dihindari karena mengingat umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. 20>20>
Hal ini disebabkan karena kehamilan pada umur remaja <20 berdampak="" dibutuhkan="" gizi="" ibu="" itu="" karena="" kebutuhan="" kembang="" kurang="" masa="" melahirkan="" oleh="" optimal="" pada="" pertumbuhan="" remaja="" sangat="" sendiri.selain="" tahun="" tubuhnya="" tumbuh="" umur="" yang="" zat="">35 tahun tidak dianjurkan dan sangat berbahaya.Mengingat mulai umur ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. 20>
Hal ini sesuai yang dikatakan Oleh Manuaba (2009), umur dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia yang dianggap resiko dalam masa kehamilan. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun panggul dan rahim masih kecil dan alat reproduksi yang belum matang, Pada usia di atas 35 tahun, kematangan organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan pada saat umur 20-35 tahun. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan pada saat persalinan dan beresiko terjadinya cacat bawaan janin serta BBLR (Manuaba, 2009).
2. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari pendidikan
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang pendidikan menengah dengan tidak BBLR sebanyak 11 responden (73,3%), pendidikan tinggi dengan tidak BBLR sebanyak 8 responden (66,7%) dan pendidikan dasar dengan BBLR sebanyak 1 responden (33,3%). Sedangkan hasil uji chi square tidak terdapat penyebab signifikan pendidikan dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,203 (0,203<0 .05="" span="">). 0>
Selain itu, pengetahuan ibu tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikannya karena dengan kemajuan teknologi banyak media yang memberikan informasi tentang kehamilan dan persalinan.Kunjungan antenatal care juga dimungkinkan memberikan pengaruh terhadap pengetahuan ibu, dimana ibu bisa menerima informasi mengenai faktor penyebab resiko BBLR dan ibu dapat mendeteksi sedini mungkin faktor resiko dalam kehamilannya serta dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap setiap resiko yang dapat terjadi.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan keputusan.Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan gizi selama masa kehamilan (Meilani, 2009).
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula pengetahuan kesehatan.Pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang menerima informasi lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah.Pengetahuan kesehatan yang tinggi menunjang perilaku hidup sehat dalam pemenuhan gizi ibu selama kehamilan (Meilani, 2009).
Hal ini dapat diasumsikan walaupun adanya perbedaan antara hasil penelitian ini dengan penelitian yang lainnya tentang resiko pendidikan terhadap penyebab kejadian BBLR, namun petugas kesehatan puskesmas maupun Dinas Kesehatan harus terus beupaya dalam memberikan konseling atau penyuluhan terhadap ibu hamil. Misalnya dengan memberikan penyuluhan mengenai faktor risiko BBLR dan dampak bagi ibu bayi yang mengalami BBLR setiap kali ibu melakukan kunjungan ANC. Selain itu, membuat kelas ibu hamil yang dibina oleh bidan desa. Dimana dalam kelas ibu hamil tersebut petugas kesehatan dapat secara efektif memberikan informasi mengenai kesehatan ibu hamil dan dalam kelas tersebut ibu hamil dapat berkonsultasi mengenai masalah kehamilannya.
3. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang pengetahuan baik dengan tidak BBLR sebanyak 16 responden (94,1%) dan pengetahuan kurang dengan BBLR sebanyak 8 responden (61,5%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan pengetahuan dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,004 (0,004<0 .05="" span="">). 0>
Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2011), menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan ini sebagai salah satu dasar pembentukan perilaku seseorang. Orang yang berpengetahuan banyak, akan cenderung mudah mengeksplorasi keinginan dalam bentuk tindakan. Tindakan yang direncanakan dapat mengarah pada tindakan positif atau negatif, hal ini tergantung dari akhlak dan kebudayaan seseorang. Jadi untuk memperkaya pengetahuan seseorang harus aktif menerima input untuk itu seseorang harus mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku yang baik.
Hal ini dapat diasumsikan pengetahuan baik dengan tidak terjadinya BBLR ini dikarenakan banyaknya informasi yang diperoleh oleh ibu hamil, baik dari petugas kesehatan maupun media cetak seperti buku-buku atau elektronik seperti televisi, karena petugas kesehatan sering mengadakan penyuluhan-penyuluhan kesehatan khususnya tentang penyebab-penyebab kejadian BBLR.Dan melihat hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat penyebab antara pengetahuan baik dengan tidak terjadinya BBLR.Hal ini dikarenakan pengetahuan responden sebagai faktor predisposisi dari perilaku sehingga responden melakukan penelitian akan menimbulkan perilaku yang baik maupun kurang tentang penyebab kejadian BBLR
4. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari pelayanan antenatal care
Berdasarkan tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang pelayanan antenatal care ada kunjungan dengan tidak BBLR sebanyak 17 responden (100%) dan pelayanan antenatal care tidak ada kunjungan dengan BBLR sebanyak 9 responden (69,2%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan pelayanan antenatal care dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,000 (0,000 <0 .05="" span="">). 0>
Hal ini sesuai dengan apa yang dipertegas dalam penelitian Nurhidayati (2015), bahwa salah satu penyebab terjadinya BBLR adalah pemeriksaan atau pemantau antenatal care yang tidak teratur. Pada saat seorang wanita hamil maka akan terjadi perubahan baik fisik maupun psikologisnya secara umum proses kehamilan adalah merupakan hal yang fisiologis terjaadi pada setiap kehamilan tetapi proses yang fisiologis ini dapat berubah menjadi hal yang patologis bila tidak dilakukan Pemantauan atau pemeriksaan kehamilan yang teratur minimal 4 kali selama kehamilan dapat mendeteksi dini kelainan-kelainan pada ibu selama kehamilan dan janin yang dikandung.
Perawatan ibu selama kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya.Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan untuk pelayanan antenatal adalah 5T/7T.Untuk memperluas cakupan pelayanan antenatal di masyarakat, kegiatan pemeriksaan dapat diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan lain, misalnya : kegiatan puskesmas keliling, kegiatan tim KB keliling, kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kegiatan posyandu, dan lain-lain. Tempat pemberian pelayanan antenatal dapat bersifat statis (tetap) dan aktif (mobile), yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin desa, posyandu, rumah penduduk, rumah sakit pemerintah / swasta, rumah sakit bersalin, rumah sakit ibu dan anak, dan tempat praktek swasta (bidan, dokter) (Meilani, 2009).
Jumlah kunjungan yang dianjurkan bagi seorang ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya adalah > 4 kali kunjungan pada masa kehamilan tanpa memperhatikan jumlah kunjungan pada tiap semester.
5. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari kekurangan energi kronik (KEK)
Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang tidak kekurangan energi kronik (KEK) dengan tidak BBLR sebanyak 21 responden (100%) dan yang kekurangan energi kronik (KEK) dengan BBLR sebanyak 9 responden (100,0%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan kekurangan energi kronik (KEK)dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,000 (0,000 <0 .05="" span="">). 0>
Hal ini dapat diasumsikan Kejadian KEK pada ibu yang melahirkan bayi lahir rendah disebabkan karena KEK merupakan kekurangan energi dalam jangka waktu yang cukup lama.KEK pada wanita di negara berkembang merupakan hasil kumulatif dari keadaan kurang gizi sejak masa janin, bayi dan anak-anak serta berlanjut hingga dewasa.Secara spesifik, penyebab KEK pada ibu hamil adalah akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.
Mekanisme terjadinya BBLR akibat Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil yaitu diawali dengan ibu hamil yang menderita KEK yang menyebabkan volume darah dalam tubuh ibu menurun dan cardiac output ibu hamil tidak cukup, sehingga menyebabkan adanya penurunan aliran darah ke plasenta. Menurunnya aliran darah ke plasenta menyebabkan dua hal yaitu berkurangnya transfer zat-zat makanan dari ibu ke plasenta yang dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dan pertumbuhan plasenta lebih kecil yang menyebabkan bayi BBLR (Kamar, 2008).
Dengan demikian, diharapkan bagi bidan maupun tenaga kesehatan lain lebih meningkatkan pelayanan kesehatan baik berupa pemeriksaan kehamilan dan penyuluhan tentang gizi sehingga KEK dapat diatasi sejak dini. Selain itu, kepada Institusi Kesehatan dan Dinas Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan program perbaikan gizi salah satunya dengan memberikan susu hamil ataupun makanan tambahan lainnya pada ibu hamil yang mengalami KEK.
6. Faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah di tinjau dari anemia
Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas yang tidak anemia dengan tidak BBLR sebanyak 21 responden (100%) dan responden anemia dengan BBLR sebanyak 9 responden (100%). Sedangkan hasil uji chi square terdapat penyebab signifikan anemia dengan kejadian BBLR dengan Pvalue= 0,000 (0,000 <0 .05="" span="">). 0>
Hal ini dapat diasumsikan bahwa terjadinya anemia pada ibu yang melahirkan bayi BBLR disebabkan karena pasokan O2 pada ibu hamil yang mengalami anemia untuk jaringan menurun dan pengangkutan CO2 dari jaringan menjadi terhambat sehingga dapat mengahambat pertumbuhan jaringan baik pada janin maupun pada plasenta sehingga dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, abortus cacat bawaan, partus premature, partus lama dan lain-lain (Yahya, 2011)
Anemia oleh orang awan dikenal sebagai “kurang darah”. Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia berbeda dengan tekanan darah rendah.Tekanan darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke notak dan bagian tubuh lainnya (Feryanto, 2012).
Menurut Muliarini (2010), menyatakan bahwa anemia terjadi karena kadar hemoglobin dalam sel darah merah kurang. Normalnya, kadar hemoglobin dalam darah sekitar 12g/100 ml. kada hemoglobin antara 9-11g/100 ml, anemia sedang kadar hemoglobin 6-8g/100 ml, ialah anemia berat. Jumlah kadar hemoglobin dalam setiap sel darah merah akan menentukan kemampuan darah mengakut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh termasuk ke pembuluh darah yang memberi asupan makanan dan oksigen pada janin. Oksigen diperlukan demi kelancaran seluruh fungsi organ tubuh ibu dan proses tumbuh kembangjani.
Untuk memperbaiki keadaan anemia karena kekurangan zat besi, akan diberikan suplemen zat besi. Petugas kesehatan perlu menjelaskan kepada ibu bahwa ia dapat membantu dirinya sendiri dengan mengikuti praktik penyusunan makanan berikut ini yaitu secara teratur memakan daging, unggas dan ikan yang merupakan sumber zat besi yang baik, mengkonsumsi roti dan sereal yang diperkuat dengan kandungan zat besi, penyerapan zat besi meningkat jika vitamin C dikonsumsi bersama makanan. Sumber yang baik dari vitamin termasuk buah jeruk, sroberi, tomat, belewah, bronkoli, lada dan kentang, memilih sayuran yang banyak mengandung zat besi seperti bayam, brokoli, dandelion hijau, dan sayuran berdaun hijau lainnya dan gunakan panic dan wajan besi untuk memasak (Yahya, 2011).
No. | FILE MICROSOFT WORD |
---|---|
1. | |
2. | |
3. | |
4. | |
5. | |
6. | |
7. | ABSTRAK |
8. | |
9. | |
10. | MASTER TABEL |
0 Response to "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)"
Post a Comment