PO NPM Mungkin Namanya Tak Setenar " Om Telolet Om " Tapi Kisah Heroiknya Patut Anda Ketahui.
Padang Panjang 1937. Bahauddin gelar Sutan Barbangso Kuning mendirikan perusahaan otobus bernama Naikilah Perusahaan Minang atau lebih dikenal NPM. Pesannya jelas, meminta kaum inlander terutama orang Minang, untuk menaiki perusahaan otobus yang dimiliki orang Minang. Dari nama itu, juga tersirat ajakan untuk tidak menaiki perusahaan otobus yang dimiliki orang Belanda.
Sebelum 1937, Pemerintah kolonial mencabut aturan inlander tak boleh memiliki armada bus dengan jumlah besar dan trayek berbilang keresidenan. Makanya kita akan menemukan 1937 sebagai angka keramat dalam perkembangan bus di Hindia Belanda. Banyak perusahaan otobus berdiri di tahun ini. Sekedar mengingatkan, tak lama dari NPM berdiri, di Sibolga sana akte pendirian Bus Sibualbali ditandatangani. Resmi pula orang Batak punya otobusnya sendiri.
Bahauddin melawan hegemoni Belanda untuk menguasai mobilitas penduduk Sumatera. Bahauddin menginginkan Orang Minang memiliki rasa percaya diri untuk menaiki perusahaannya sendiri. Keinginan ini terwujud dan bertahan lama. Sampai era kejayaan bus lintas sumatera, bus-bus Minang selalu mendapatkan tempat di hati orang Minang.
NPM selalu menjadi pelakon utama kejayaan ini. Berbagi tempat dengan ANS, Gumarang Jaya dan lainnya. Begitu mengakarnya bus Minang, banyak lagu tercipta mengabadikan nama bus sebagai bagian dari perkembangan budaya masyarakat.
Selain bicara perlawanan, NPM juga bicara pada kesetiaan dengan caranya sendiri. Saya masih ingat NPM masih menggunakan livery lama mereka di 1990-an awal, mereka menggunakan siluet rumah gadang di dinding bus mereka. Ketika berganti Livery menjadi lebih dinamis di pertengahan 1990an, NPM bicara kesetiaan pada Ranah Minang dengan menggunakan warna kebesaran orang Minang ditambah ornamen hijau.
NPM tak pernah mencoret warna merah, kuning dan hitam di dinding bus mereka. Kata “SUMBAR” pun masih terpampang besar di logo perusahaan mereka. Dengan caranya, NPM mengajarkan kesetiaan kepada orang Minang.
Bahauddin dan generasi penerusnya pun tetap setia pada Padang Panjang, kota kecil nan indah ini sebagai pusat operasional perusahaan mereka. Kota dimana ketika perusahaan ini berdiri adalah kota penting dalam mobilitas orang minang. Di kota sejuk ini terdapat pertemuan jalur kereta api dari Payakumbuh/Bukitinggi dan Solok/Sawahlunto menuju Kota Padang.
NPM tak ingin beranjak ke kota yang lebih besar untuk mendekati pusat pengambil kebijakan. Dari kota kecil ini pula, bisnis transportasi keluarga besar bisa melebar sampai luar negeri. Di Australia mereka juga punya perusahaan transportasi, dimulai dari usaha taksi.
Hari ini bus NPM masih setia menyusuri lintas sumatera dan berhenti terminal-terminal besar ibukota Jakarta. Di era kelesuan lintas sumatera karena serbuan penerbangan murah, NPM melawan. Mereka malah bisa melakukan upgrade bus mereka.
Mereka membeli chasis jenis terbaru untuk peremajaan itu. Bahkan bisa mengembangkan unit bisnis pariwisata. Saat ini, bus pariwisata Viscanza masih dianggap bus charteran terbaik di Sumatera. NPM terus bertahan dan berkembang sesuai zaman. Bus Viscanza menjadi pilihan utama bagi wisatawan, bahkan pejabat Negara ini, ketika hendak menikmati indahnya ranah minang.
Sejak zaman Belanda hingga Milenial sekarang ini, NPM menolak didikte oleh penguasa. Baik oleh penguasa Belanda maupun penguasa pribumi berwatak kolonial. Bagi NPM konsumen setia mereka tetap lah yang utama. Tidak peduli para konsumen itu menaiki bus mereka dengan tujuan apa. Tugas NPM adalah mengantarkan penumpangnya hingga tujuan.
Apapun yang terjadi, saya percaya perusahaan otobus kebanggaan Sumatera ini akan terus berdiri. Tidak ada jalan yang pantang untuk ditempuh oleh NPM. Tiada kuasa bisa menahan laju mereka.
0 Response to "PO NPM Mungkin Namanya Tak Setenar " Om Telolet Om " Tapi Kisah Heroiknya Patut Anda Ketahui."
Post a Comment