Legenda Rawa Pening 2


Maka masuklah baru klinting ke dalam rumah sambil di iringi Mbok Rondo Dadapan “duduklah di bale ini nak, simbok akan ambilkan makanannya” ujar Mbok Rondo sambil berlalu menuju dapur, baru klinting pun duduk di bale sambil matanya melihat sekitar kondisi rumah Mbok Rondo Dadapan yang sudah reyot banyak atap yang bolong dan bocor klo hujan, “makanlah nak ini ada bubur jagung dan sayuran” ujar Mbok Rondo sambil menyodorkan nasi lauk pauk dan minuman yang mengejutkan baru klinting,  sambil makan baru klinting pun berbicara “Mbok ga ada daging ular seperti yang diterima warga desa?”. 

“Ada nak, tapi simbok Cuma dikasih tulang yang sedikit dagingnya simbok takut nak baru klining tidak mau” jawab Mbok Rondo, “ga apa-apa mbok, saya suka kok” akhirnya simbokpun mengambil sayur tulang ular tersebut dan memberikanya ke baru klinting, dengan lahapnya baru klinting memakan sayur tulang tersebut, sungguh ajaib ketika sayur daging tulang itu selesai di makan ada bagian luka yang tiba-tiba sembuh, 
hal ini mengakibatkan Mbok Rondho terperanjat kaget “jangan kaget mbok” kata baru klinting “saya sebernarnyta adalah jelmaan ular yang bertapa yang tubuhku di potong-potong untuk acara pesta bulan purnama esok malam”, Mbok Rondho pun merasa bersalah karena telah turut menerima pemberian daging dari warga desa “Mbok Rondho tidak salah karena tidak tahu” ujar baru klinting menenangkan.

“esok saya akan mengumpulkan bagian-bagian tubuh saya yang diambil oleh penduduk desa dengan mengadakan sayembara, apabila Mbok Rondo mendengar suara gumuruh dari arah lapangan dan banyak orang berlarian, Mbok Rondo harus ambil lesung untuk dinaiki dan mengambil centong sebagai dayungnya, dan terimalah ini Mbok Rondo sekantung emas untuk bekal hidup nanti” Mbok Rondo pun terdiam dan menerima emas yang diberikan baru klinting.

Keesokan harinya baru klintingmenuju lapangan desa yang sedang ramai karena kebetulan ada persiapan buat pesta merti desa malamnya. “Wahai para penduduk desa berkumpullah kesini saya mau mengadakan sayembara” baru klinting berbicara keras “sayembara apa yang akan engkau adakan wahai baru klinting bocah gembel” sahut warga dengan merendahkannya.

“Barang siapa dapat mencabut sodo lanang (merupakan lidi dari pohon rumbia yang ukurannya lebih besar dari lidi buat menyapu) yang aku tancapkan ditanah  ini maka akan ku beri sekantung emas yang ada di tanganku namun apa bila kalah kalian wajib menyerahkan semua daging ular yang kalian ambil dari hutan jika tidak percaya periksalah emas yang ada ditanganku“ ujar baru klinting.

Para penduduk desa pun akhirnya berkumpul memeriksa emas yang ada di tangan baru klinting “wah..memang emas asli ini” saling bersahutan warga menjawab, “baiklah saya yang pertama mengikuti sayembara, ini daging ular sebagai taruhannya” ujar Pak Joyo mendaftar pertama lalu dia menuju ketempat sodo lanang yang terrtancap “Aaaarggg” dengan sekuat tenaga Pak Joyo mencoba menarik lidi tersebut namun tetap tidak bias tercabut “saya menyerah” kata Pak Joyo.

Akhirnya silih berganti warga desa menoba mencabut lidi tersebut namun gagal semua sehingga daging ularpun sudah terkumpul semua, “wahai penduduk desa masih adakah yang mau ikut sayembara” uajr baru klinting “ tidak ada, sekarang giliranmu mencabut lidi itu” sahut para warga, 

Tiba-tiba baru klinting berseru   “wahai penduduk desa ketahuilah aka adalah jelmaan ular naga yang engkau potong-potong, hari ini aka menuntut balas atas perbuatanmu dan kerusakan alam yang kau perbuat selama ini” sahut baru klinting yang kemudian sekilas menjelma menjadi ular naga namun kemudian berubah wujud menjadi pemuda yang rupawan.

Baru klinting pun mencabut lidi tersebut namun air menyembur dari bekas lubang lidi mulanya hanya besar lidi tersebut, tapi tak berselang lama menjadi membesar semburannya para warga pun berlarian menyelamatkan diri karena air dari semburan tersebut semakin membesar dengan sangat cepat bahkan laksana air bah yang menenggelamkan.

Ketika Mbok Rondo dadapan sedang menjemur jagung tampak dari jauh dilihatnya pera penduduk berlarian dari atas lapangan dan terdengar pula suara gemuruh dari arah lapangan, buru-buru mbok rondo mengambil centongnya dan naik keatass lesung.
Diatas lesung yang menjadi perahu Mbok Rondo Dadapan pun melihat warga desa yang tenggelam diterjang air bah, dan desanya pun sedikit demi sedikit tenggelam menjadi danau dan rawa sambil menitikan air mata berdoa “duh Gusti ampunilah penduduk desa atas dosa-dosanya selama ini” sambil mendayung lesung menuju tempat lain yang tidak kebanjiran.

Itulah cerita dongeng legenda turun temurun tentang danau rawa pening yang tetap lestari sampai sekarang yang mengandung pesan bahwa janganlah menyebarkan kerusakan di muka bumi ini karena semua ada hukumannya, berbuat baiklah pada sesama karena akan mendapat balasan yang baik.

 Saat ini danau tersebut telah menjadi obyek wisata yang ramai dan menjadi andalan propinsi Jawa Tengah yang terletak di kaki gunung Ungaran-Salatiga, untuk menuju ke arah obyek wisata tersebut mudah dijangkau karena terletak dianatara Jalan raya terminal Bawen menuju Salatiga.

Daerahnya sangat subur dengan mata pencaharian penduduknya bertani dan nelayan ikan di danau rawa pening, udaranyapun sangat sejuk perpaduan antara area pertanian, danau dan gunung yang sangat indah dipandang, para penduduknya pun masih memengang adat istiadat dengan teguh, hingga saat ini orang-orang sekitar masih percaya ketika malam-malam ada suara menggelegar dari arah rawa itu bertanda Naga Baru Klinting sedang berenang atau sedang mengunjungi danaunya untuk mengawasi penduduk sekitar.

Sekian.


SPN

0 Response to "Legenda Rawa Pening 2"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel