ALIRAN KAS
PENGANTAR
Kita telah membahas cara perhitungan kebutuhan dana suatu bisnis dengan menggunakan metode pro-forma balance sheet. Sebenarnya metode tersebut memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi dana yang sifatnya sementara atau musiman. Kelemahan ini muncul karena dalam melakukan proyeksi neraca, yang kita lakukan adalah memproyeksikan kondisi keuangan seluruh perusahaan pada titik tertentu. Neraca tidak menggambarkan hasil yang akumulatif. Dengan demikian, sering kebutuhan dana yang bersifat interim tidak terdeteksi oleh metode proyeksi neraca tersebut.
Untuk itu, kita perlu menggunakan metode lain yang disebut cash budget (anggaran kas) atau yang lebih umum dapat dikenal sebagai cashflow. Cash budget dalam kata lain dapat dikenal sebagai suatu perkiraan mengenai keluar masuknya dana tunai yang terjadi.
Dengan menyusun cash budget secara bulanan, kita dapat mengetahui secara pasti kebutuhan dana untuk bulan tertentu dan kemampuan serta waktu dimana bisnis tersebut mampu mengembalikan pinjaman. Metode cash budget kadang-kadang lebih akurat untuk perusahaan yang memiliki penjualan musiman. Misalnya untuk industri payung, kebutuhan dana akan meningkat apabila dimusim hujan, dan akan menurun di musim kemarau. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa cash budget melengkapi analisis neraca proforma dengan menjembatani kesenjangan beberapa tanggal neraca.
Selain untuk mendeteksi kebutuhan jangka pendek atau kebutuhan musiman dari perusahaan, cash budget juga sangat berguna untuk menentukan struktur pinjaman jangka panjang. Dengan menyusun cashflow kita dapat:
• Menentukan jumlah dana yang dibutuhkan sehubungan dengan investasi jangka panjang (capital expenditure) yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
• Mengetahui jangka waktu grace period yang diperlukan oleh perusahaan sebelum ia sanggup mulai melakukan penjualan pokok pinjaman.
• Mengetahui kemampuan perusahaan untuk melakukan pencicilan pokok pinjaman per bulan. Dengan demikian, kita dapat menentukan beberapa lama suatu kredit harus dicicil. Hal ini berhubungan dengan penentuan jangka waktu kredit. Kita jangan pernah memaksa suatu bisnis mencicil melebihi kapasitas cashflownya. Apabila itu dilakukan, perusahaan akan jatuh kepada resiko likuiditas, yang pada akhirnya akan menyulitkan kita sebagai pemberi pinjaman.
PRINSIP-PRI0NSIP MENYUSUN CASHFLOW (ALIRAN KAS)
Dalam penyusunan cashflow, ada beberapa prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu. Yang pertama adalah bahwa, sesuai namanya, cashflow disusun dengan basis tunai (cash basis). Hal ini berbeda dengan laporan keuangan yang umumnya menggunakan accrual bisnis. Pada cash basis:
• Pendapatan diakui pada saat uang tunai diterima. Bukan pada saat penjualan dilakukan.
• Biaya-biaya diakui pada saat uang tunai dikeluarkan, bukan pada saat biaya timbul.
Sedangkan pada accrual basis, pendapatan dan biaya diakui pada saat kejadian, dan hal tersebut belum tentu sama dalam waktu terjadi pemindahan uang tunai.
Contoh:
PT. A menjual barang secara kredit selama 3 bulan. Pada accrual basis penjualan dicatat pada saat barang dijual, sedangkan pada cash basis, penjualan baru dicatat setelah uang diterima (yaitu setelah 3 bulan kemudian).
Dalam penyusunan cashflow kita tidak memperhitungkan biaya-biaya non kas (Non Cash Charge) seperti despreisasi dan amorlisasi. Yang diperhatikan hanyalah transaksi tunai saja. Dengan demikian, akibat adanya perbedaan pencatatan belum tentu jumlah laba bersih (Net Profit) yang ditujukan pada income statement sama dengan uang tunai yang dimiliki perusahaan tersebut.
Cashflow dapat disusun dengan periode (interval) per tahun, per bulan atau malah per hari. Tentu saja semakin pendek biaya interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki posisi yang lebih tinggi. untuk bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan.
FORMAT CASHFLOW
Bentuk (format) Cashflow sangatlah bervariasi. Tidak ada satu bentuk baku yang dipakai secara umum. Walaupun demikian apapun bentuk yang dipakai, format cashflow terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Saldo Awal Kas (Begining Cash Balance Sheet), yaitu jumlah uang tunai(kas) yang dimiliki perusahaan diawal periode.
2. Kas Masuk atau permintaan kas (Cash inflow), yaitu aliran yang diterima oleh perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan (sehari, sebulan, triwulan dan seterusnya). Yang dimaksud dengan cashflow adalah uang tunai yang benar-benar diterima.
· Beberapa contoh komponen yang termasuk dalam cashflow adalah:
Piutang dagang yang tertagih , yaitu piutang dagang yang dibayar oleh pelanggan sehubungan dengan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan.
· Pendapatan bunga atau simpanan yang ada di bank, seperti jasa giro, bunga deposito, dan lain-lain. Pendapatan bunga juga mungkin didapatkan dari pelanggan perusahaan yang terlambat membayar piutang dagang yang telah jatuh tempo sehingga memberikan sejumlah kompensasi dengan perusahaan dalam bentuk bunga. Pendapatan jenis ini dapat ditemukan di post other income.
· Konstitusi PPN untuk para eksportir yang menggunakan bahan baku dalam negeri, yang pada saat mereka membeli bahan baku sudah membayar PPN.
· Penerimaan tunai sehubungan dengan penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan.
· Injeksi dana segar dari pemegang saham. Misalnya adanya penambahan modal disetor, pemberian pinjaman oleh para pemegang saham, dll.
3. Total Kas yang Tersedia (Total Cash Available), yaitu penjualan antara saldo awal kas dengan penerimaan tunai periode yang bersangkutan. Saldo ini menunjukkan total uang tunai yang dimiliki perusahaan untuk perusahaan tersebut. Kas yang tersedia inilah yang akhirnya akan diberikan untuk membayar keseluruhan kewajiban tunainya.
4. Kas Keluar atau Pengeluaran Kas (cash outflow), yaitu aliran pembayaran kas tunai yang diberikan perusahaan. Komponen inilah kebalikan dari cash inflow. Bila pada cash inflow perusahaan menerima uang tunai, maka pada cash outflow perusahaan mengeluarkan uang tunai. Beberapa contoh cash outflow:
- Pembayaran utang dagang, yaitu utang dagang yang jatuh tempo yang harus dibayar sehubungan dengan pembelian kredit suatu perusahaan.
- Biaya bunga akibat pemakaian dana pinjaman, seperti pinjaman leasing, dan lain-lain.
- Upah buruh, misalnya untuk industri manufaktur.
- Biaya operasional tunai seperti biaya gaji dan bonus karyawan, biaya utilitas(listrik, air, telpon), biaya asuransi, biaya perjalanan, dll.
- Utang PPH yang harus dibayar.
- Biaya-biaya kredit, seperti provisi kredit, biaya adminitrasi, dll.
- Pembelian aktiva tetap seperti pembelian mesin-mesin, peralatan, tanah dll.
- Pembiayaan deviden tunai (cash deviden).
- Pembayaran cicilan pokok uang.
5. Surplus Devisi Kas Perusahaan(net cash surplus) yaitu selisih antara total kas yang tersedia dengan cash outflow. Ada beberapa indikasi yang ditunjukkan oleh perusahaan yang memiliki kas surplus yang cukup besar terus menerus:
- Kemampuan mencicil pokok pinjaman(bila ada) masih cukup besar. Dalam kasus seperti ini kita dapat mempertimbangkan kemungkinan pemberian pinjaman yang tidak terlalu lama.
- Jika perusahaan memiliki pinjaman jangka pendek kas yang surplus menunjukkan bahwa pinjaman jangka pendek tersebut dapat dilunasi.
Sebaliknya bila kas adalah devisit, ada beberapa indikasi yang ditunjukkan:
- Cicilan pokok pinjaman (bila ada) terlalu besar. Untuk menguji hal ini, kita dapat mengeluarkan cicilan pokok dari cashflow. Bila ini memang penyebabnya, kita harus memberi pinjaman yang lebih panjang yang ada didalam cicilan pokoknya per periode lebih ringan.
- Perusahaan membutuhkan tambahan pinjaman untuk menutupi kekurangan kas tersebut.
- Bila defisit hanyalah terjadi pada interval awal, berarti terdapat hubungan dengan grade period untuk pinjaman jangka panjang yang diberikan. Perusahaan baru dapat melakukan cicilan pokok pinjaman bila saldo telah menunjukan angka positif (surplus).
6. Saldo Kas Minimum (minimum cash balance) yaitu, suatu jumlah uang tunai yang ingin terus dipegang perusahaan sepanjang waktu, misalnya untuk keperluan kas kecil. Untuk pelanggan mobil bekas (used car), setiap saat harus memiliki uang tunai agar dapat langsung melakukan pembelian bila ada mobil yang ingin dibeli.
7. Kebutuhan dana tambahan (Additional Financial Needs) yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutupi devisit kas.
Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung pada kondisi devisit kas dan saldo minimum perusahaan:
- Bila tidak ada saldo minimum yang ingin dipelihara perusahaan, saldo defisit kas sama dengan kebutuhannya,
- Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga dan saldo kas adalah defisit, kebutuhan kas tambahan merupakan saldo kas minimum tersebut ditambah saldo defisit.
- Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan saldo kas adalah surplus, tetapi lebih kecil dari pada saldo minimum yang disyaratkan, kebutuhan dana tambahan adalah sebesar selisih antara saldo kas minimum dengan saldo surplus.
- Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan posisi kas adalah surplus, dimana nilai surplus diatas saldo kas minimum tidak dibutuhkan dana tambahan.
8. Saldo Kas Akhir (Ending Cash Balance), yaitu posisi kas tunai diakhir periode (interval) setelah memperhitungkan kebutuhan dana tambahan.
MENENTUKAN JUMLAH KEBUTUHAN DANA
Manfaat pertama dari cashflow projection (proyeksi aliran kas) adalah untuk menentukan jumlah kebutuhan dana dari debitur. Dengan menggunakan cash budget kita dapat melihat bahwa jumlah dana yang dibutuhkan ditentukan oleh lebih baik. Selain jumlah cash budget juga diketahui kapan dana tersebut dibutuhkan. Hal ini tidak dapat diketahui dengan metode yang telah dibahas sebelumnya.
Sebagai bahan pembahasan kita akan menggunakan PT. SEDERHANA sebagai kasus. Kita menggunakan skenario bahwa semua aktiva adalah variabel asset.
Dari laporan tersebut tahun 19x1 dan proforma balance sheet yang telah disusun kita mengetahui hal-hal sebagai berikut:
Perputaran Piutang Dagang = 3bulan
Perputaran Utang Dagang = 2bulan
Penjualan Tahun 19x2 = 187,20
Harga Pokok Penjualan = 80% dari penjualan
Biaya Operasional = 5% dari penjualan
Untuk menyusun cashflow projection tahun 19X2, kita bangun asumsi-asumsi sebagai berikut:
- Saldo kas minimum yang dibutuhkan adalah 6,50
- Biaya depresiasi diabaikan. Seluruh biaya pokok penjualan dan biaya operasional dianggap tunai.
- Jatuh tempo sisa piutang dagang diakhir 19X1 adalah sebagai berikut:
Jan 19X2 = 12,00
Feb 19X2 = 12,00
Mar 19X3 = 12,00
(+)
Total = 36,00 (nilai dineraca 31 Desember 19X1)
· Jatuh tempo sisa utang dagang diakhir 19X1 adalah sebagai berikut :
Jan 19X2 = 9,60
Feb 19X2 = 9,60
(+)
Total = 19,20 (nilai dineraca 31 Desember 19X1)
0 Response to "ALIRAN KAS"
Post a Comment