Keutamaan menuntut Ilmu. oleh: Hasnawati



BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Jumlah Penduduk Indonesia sekarang ini kurang lebih 250 ribu juta orang. Mayoritas dari penduduk Indonesia berada dalam garis kemiskinan. Karena kondisi mereka yang berada dalam garis kemiskinan, mereka sering sekali mengabaikan masalah pendidikan, mereka tidak memperdulikan tentang pentingnya ilmu. Mereka menghabiskan waktu mereka hanya untuk mencari sesuap nasi tanpa meluamgkan waktu untuk mencari ilmu.

Kondisi ini juga tidak mutlak bahwa orang yang berada dalam garis kemiskinan malas untuk mencari ilmu, sebagian dari pelajar kita yang mungkin bisa dikatakan orang kecukupan. Mereka pun sering sekali mengabaikan pendidikannya. Mereka pergi ke sekolah hanya untuk main-main bersama teman-teman mereka, sehingga mereka pun sering sekali terlibat tawuran antar siswa sekolah. Mereka harusnya bersyukur bahwa mereka dapat mengenya, pendidikan.
Dilatarbelakangi masalah ini maka saya akan menulis makalah tentang Pentingnya Ilmu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pentingnya Ilmu
2.      Adab Menuntut Ilmu
3.      Kewajiban Menuntut Ilmu
4.      Kewajiban Mengamalkan Ilmu

  






BAB II
PEMBAHASAN
A.          Pentingnya Ilmu
         Berikut ini beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan pentingnya ilmu dan mempelajarinya:
         Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Beliau berkata: “Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang dihakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada hati-hati manusia.” (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-Imam Abul Hasan Al-Mawardiy, hal.48).
         Kedua: Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Bahwasanya beliau apabila melihat para pemuda giat mencari ilmu, beliau berkata: “Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah.” (Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr, 1/52), Yakni bahwasanya sifat mereka secara umum adalah sibuk dengan mencari ilmu dan tinggal di rumah dalam rangka untuk mudzaakarah (mengulang pelajaran yang telah didapatkan) dan mempelajarinya. Semuanya ini menyibukkan mereka dari memperhatikan berbagai macam pakaian dan kemewahan dunia secara umum demikian juga hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang kurang manfaatnya dan hanya membuang waktu belaka seperti berputar-putar di jalan-jalan (mengadakan perjalanan yang kurang bermanfaat atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh selain mereka dari kalangan para pemuda.
Ketiga: Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Dia berkata: “Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya.” (Ibid. 1/55)
Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang dimilikinya. Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menggunakan segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan Allah.
C.     Kewajiban Menuntut Ilmu
         Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Kewajiban menuntut ilmu tidak hanya mengenai ilmu pengetahuan umum saja tetapi juga ilmu pengetahuan agama yang hukumnya fardlu ‘ain, karena beramal tanpa berilmu sama saja dengan bohong dan tidak ada artinya di mata Allah. Maka jika salah, kita dapat terjerumus ke perbuatan dosa. Umat Islam juga tidak boleh ketinggalan dalam hal ilmu pengetahuan dan tidak boleh pula menjadi orang yang bodoh karena orang pintar akan lebih disenangi. Dengan kepinteran yang kita miliki, kita tidak akan mudah ditipu dan dibohongi orang lain. Imam Syafiiy sendiri selalu merasa kurang akan ilmu yang dimilikinya dan selalu mencatat setiap ilmu yang diperolehnya karena takut lupa. Kategori ilmu yang wajib dipelajari
• Fardu Ain
Wajib dipelajari (Akidah, syariah, akhlak)
• Fardu Kifayah
Perlu dipelajari untuk memenuhi keperluan diri, masyarakat dan negara (perubatan, perniagaan, teknologi) Ilmu sihir diharamkan untuk dipelajari[3]











BAB III
PENUTUP
A.          KESIMPULAN
Allah telah memberikan anugerah yang cukup besar kepada manusia yaitu akal dan pikiran. Dengan akal manusia bisa mencari tahu sesuatu hal-hal yang baru. Dengan mencari sesuatu hal-hal yang baru jika dapat diketahui maka manusia sudah mendapatkan ilmu . Dengan pikiran manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana buruk Ilmu merupakan suatu jalan untuk menuju ke syurga. Sebagaimana sabda rasulullah SAW yang artinya :“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu” orang yang paling utama diantara manusia adalah orang  mukmin yang mempunyai ilmu,dimana kalau dibutuhkan(orang)dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya.


















DAFTAR PUSTAKA
.
Mustaqim, Abdul, Menjadi Orang Tua Bijak, Bandung : Al-Bayan PT Mizan Pustaka, 2005.
Abu Zakariya Yahya, Imam. Riadhus Shalihin, Surabaya: PT Bungkul Indah, 1994.
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Beirut : Dar Al-Fikr, T.t.
http//: Mahrus Salim,Blogspot.com, Keutamaan Menuntut Ilmu. Senin,10 November 2014


0 Response to "Keutamaan menuntut Ilmu. oleh: Hasnawati"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel