Angina Pectoris
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan, penyebab diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan jantung meningkat. Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama (Barbara C Long, 2006).
Di Amerika Serikat di dapatkan bahwa kurang lebih 50% dari penderita penyakit jantung koroner mempunyai manifestasi awal angina pectoris stabil (APS). Jumlah pasti penderita angina pectoris sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden angina pectoris pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun sebesar 213 penderita per 100.000 penduduk. Asosiasi jantung Amerika memperkirakan ada 6.200.000 penderita APS ini di Amerika Serikat. Tapi data ini nampaknya sangat kecil di bandingkan dari laporan dua studi besar dari Olmsted Country dan Framingham yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut sebesar 3% sampai 3,5% dari penderita angina pectoris pertahun atau kurang lebih 30 penderita angina pectoris untuk setiap penderita infark miokard akut (Tucker, 2008).
Di Indonesia penyakit jantung adalah pembunuh nomor tiga. Jantung adalah organ tubuh yang bekerja paling kuat. Setiap harinya organ tubuh ini memompa ± 16.000 liter darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah sekitar 90.000 km. Walaupun relative kecil, namun organ ini bekerja dua kali lebih keras dari pada betis pelari sprint atau otot petinju kelas berat. Tidak ada otot kecuali otot rahim wanita yang bekerja siang dan malam selama 70 tahun atau lebih seperti jantung. Berikut ini terdapat beberapa anjuran yang akan berguna bagi pemeliharaan kesehatan jantung. Namun, yang perlu ditekankan bahwa dengan mengikuti anjuran-anjuran bukan berati kita akan kebal terhadap penyakit jantung, sebab sampai sekarang belum ada sesuatupun yang dapat memberi kekebalan seperti itu (Barbara C. Long, 2006).
Mengingat banyaknya jumlah penderita angina pectoris dan kerugian yang ditimbulkan terutama secara ekonomi, diperlukan penatalaksanaan yang lebih komperehensif. Tetapi angina pectoris stabil terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya infark miokard akut dan kematian sehingga meningkatkan harapan hidup serta mengurangi gejala dengan harapan meningkatnya kualitas hidup. Pada penderita yang berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan awal didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi untuk menderita suatu penyakit jantung koroner perlu dilakukan tes secara noninvasive maupun invasive untuk memastikan diagnose serta menentukan sertifikasi resiko. Penderita angina pectoris stabil dengan resiko tinggi atau resiko sedang yang kurang berhasil dengan terpi standar, perlu dilakukan tindakan revaskularisasi, terutama bila penderita memang menghendaki. Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaannya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari angina pektoris?
2. Apa etiologi dari angina pektoris?
3. Ada berapakah klasifikasi angina pektoris?
4. Bagaimanakah tanda gejala angina pektoris?
5. Bagaimanaka pathways angina pectoris?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan angina pectoris?
7. Bagaimanakah pengkajian keperawatan angina pectoris?
8. Bagaimanakah diagnose keperawatan dan intervensi angina pectoris?
1.3. Tujuan
1. Mengerti pengertian dari angina pektoris.
2. Mengetahui klasifikasi angina pektoris.
3. Dapat menjelaskan etiologi angina pektoris
4. Mengetahui tanda gejala angina pectoris.
5. Mengetahui pathways angina pectoris.
6. Dapat menjelaskan penatalaksanaan angina pectoris.
7. Dapat mengkaji keperawatan angina pectoris.
8. Dapat mendiagnose keperawatan dan intervensi angina pectoris.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Medik
2.1.1. Definisi
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993).
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)
Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksismal nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. (Brunner dan Suddart, 1997
Angina pectoris ialah keadaan di mana klien merasa sakit dada yang kuat akibat dari penyakit jantung ischemic iaitu kekurangan pengaliran darah dan oksigen ke myocardium jantung. (Angina bermaksud tercekik. Pectoris bermaksud dada).
Angina biasanya terjadi waktu latihan, stres emosi yang parah, atau setelah makan yang berat. Selama periode-periode ini, otot jantung menuntut lebih banyak oksigen darah daripada arteri-arteri yang menyempit dapat berikan. Angina secara khas berlangsung dari 1 sampai 15 menit dan dibebaskan dengan istirahat atau dengan menempatkan tablet nitroglycerin dibawah lidah. Nitroglycerin mengendurkan pembuluh-pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Keduanya istirahat dan nitroglycerin mengurangi permintaan otot jantung untuk oksigen, jadi membebaskan angina.
2.1.2. Etiologi
A. Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
· Suplai oksigen yang tidak mencukupi ke sel-sel otot-otot jantung dibandingkan kebutuhan.
· Ketika beraktivitas, terutama aktivitas yang berat, beban kerja jantung meningkat. Otot jantung memompa lebih kuat.
· Riwayat merokok (Baik perokok aktif maupun perokok pasif)
· Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area jantung. Kadang-kadang , jenis penyakit jantung yang lain atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.
· Ateriosklerosis merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
· Spasme arteri koroner
· Anemia berat
· Artritis
· Aorta Insufisiensi
B. Faktor resiko antara lain adalah:
Dapat Diubah (dimodifikasi)
· Diet (hiperlipidemia)
· Rokok
· Hipertensi
· Stress
· Obesitas
· Kurang aktifitas
· Diabetes Mellitus
· Pemakaian kontrasepsi oral
Tidak dapat diubah
· Usia
· Jenis Kelamin
· Ras
· Herediter
C. Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
· Emosi
· Stress
· Kerja fisik terlalu berat
· Hawa terlalu panas dan lembab
· Terlalu kenyang
· Banyak merokok
2.1.3. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung.
Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Angina Pectoris Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.
Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda. Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:
1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
Penimbunan lemak (lipid) dan jaringan fibrous pada dinding arteri koroner
↓
Penyempitan pembuluh darah koroner
↓
Obstruksi / hambatan aliran darah miokard
↓
Iskemia (berkurangnya kadar oksigen)
↓
Mengubah metabolisme aerobik menjadi an aerobik
↓
Tertimbun asa laktat
↓
Ph sel menurun
↓
Muncul efek hipoksia
↓
Mengganggu fungsi ventrikel kiri
↓
Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan berkurangnya jumlah curah jantung sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut)
↓
Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung (heremodinamik)
↓
Tekana jantung kiri, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dan paru-paru kiri meningkat
↓
Peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung
↓
Nyeri
2.1.4. Manifestasi Klinis
Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.
Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.
Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik
A. Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.
B. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris.
D. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
E. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
2.1.6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang diderita pasien.
2.1.7. Komplikasi
· Stres psikologis
· Infark Miokard
· Aritmia
· Gagal jantung
2.2.1. Konsep Dasar Medik
2.2.1. Pengkajian
Data Subjektif :
1. Lokasi Nyeri (menyebar kebagian mana)
2. Dada terasa berat, kencang, seperti diperas.
3. Awitan dan lamanya nyeri
4. Faktor-faktor pencetus nyeri: kegiatan, panas, dingin, stres, makanan.
5. Faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri : istirahat, nitrogliserin.
Data Objektif :
Apabila nyeri angina sedang dialami pasien, fokus perawat adalah tingkah laku pasien, seperti tampak cemas, ketakutan & memegang dada. Disamping itu, perawat perlu melihat TTV dan perubahan pada irama jantung.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan penyumbatan arteria koronaria, vasospasme, hipoksia, uji diagnostik, dan kegiatan yang melelahkan.
2. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipertensi, angina, penyumbatan arteria koronaria.
3. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, suplai oksigen tidak seimbang dengan kebutuhan, imobilisasi, nyeri kelelahan.
4. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kemampuan kognitif.
5. Cemas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan, perubahan fungsi dan peran, konsep diri, ancaman kematian
2.2.3. Rencana Keperawatan
1. NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK MIOKARDIUM | |
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi Kriteria hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya. | |
INTERVENSI | RASIONAL |
Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada. | Nyeri dan penurunan curah jantung dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar nor epineprin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung. |
Identifikasi terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi nyeri. | Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit. |
Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya pada sisi kiri. | Nyeri jantung dapat menyebar contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama. |
Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina. | Menurunka kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan atau nekrosis. |
Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek | Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang |
Pantau kecepatan atau irama jantung | Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress |
Panatau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina | TD dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi. |
Pertahankan tenang , lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu | Stres mental atau emosi meningkatkan kerja miokard |
Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan | Menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan angina |
Kolaborasi: Berikan antiangina sesuai indikasi: nitrogliserin: sublingual | Nitrigliserin mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selam lebih dari 100 tahun |
2. PENURUNAN CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN DGN PERUBAHAN INOTROPIK (ISKEMIA MIOKARD TRANSIEN/MEMANJANG) | |
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung. Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung. | |
INTERVENSI | RASIONAL |
Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, tekanan darah. | Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung |
Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi. | Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium. |
Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi | Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer |
Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut | Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi |
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi | Penghematan energy, menurunkan kerja jantung. |
Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama (khususnya bila memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan nitras) | Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventricular. Obat dengan kandungan inotropik negative dapat menurunkan perfusi terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat memberi efek terkumpul pada curah jantung. |
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK | Angina hanya gejalab patologis yang disebabkan oleh iskemia miokard.penyakit yang emepengaruhi fungsi jantung emnjadi dekompensasi. |
Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem); nifedipin (procardia); verapamil(calan). | Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung. |
Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin); nadolol (corgard); propanolol (inderal); esmolal (brebivbloc). | Obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik. |
3. INTOLERANSI AKTIFITAS BERHUBUNGAN DENGAN SERANGAN ISKEMIA OTOT JANTUNG, BERKURANGNYA CURAH JANTUNG. | |
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan. Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis. | |
INTERVENSI | RASIONAL |
Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan. | Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas. |
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi. | Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. |
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. | Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas. |
4. ANSIETAS BERHUBUNGAN DENGAN RESPON PATOFISIOLOGIS DAN ANCAMAN TERHADAP STATUS KESEHATAN. | |
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai tingkat yang dapat diatasi. Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi. | |
INTERVENSI | RASIONAL |
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress. | Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis. |
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut,contoh menolak, depresi, dan marah. | Perasaan tidak ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. |
Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien sebelumnya. | Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah. |
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi | Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat. |
5. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KODISI, KEBUTUHAN PENGOBATAN BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI. | |
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah. Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup. | |
INTERVENSI | RASIONAL |
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan perlyunya mencegah serangan angina. | Pasien dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat dikontrol. Ini adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard. |
Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh: stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan pada suhu lingkungan yang ekstrem | Dapat menurunkan insiden /beratnya episode iskemik. |
Kaji pentingnya control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan olahraga. | Pengetahuan faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan. |
Tunjukan/dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas sederhana, hindari regangan. | Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk menghindari stress jantung dan tetap dibawah ambang angina. |
Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi. | Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan. |
Kaji ulang obat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina. | Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya serangan. |
Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual bebas. | Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan. |
2.2.4. Evaluasi
1. Mengungkapkan bahwa nyeri angina berkurang atau hilang.
2. Menunjukkan hemodinamik yang stabil (nadi dan tekanan darah) dengan melakukan kegiatan seperti aktivitas hidup sehari-hari.
3. Dapat mengidentifikasi kegiatan yang melelahkan dan dapat menghindarinya.
4. Dapat menyebutkan faktor-faktor pencetus serangan angina.
5. Dapat menjelaskan sifat angina & pengobatannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard.
Tipe Angina Pectoris antara lain : Angina Stabil, Angina Non stabil (angina prainfark, angina kresendo), dan Varian angina.
Mekanisme timbulnya angina pectoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang di akibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner. Tidak diketahui secara pasti penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab atas ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering ditemukan. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi sebagai respon peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka iskemik atau kekurangan suplai darah miokardium dan hanya endotel yang cedera mengakbatkan hilangnya produksi No atau Nitrat Oksid yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang relative.
3.2. Saran
1. Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari penyakit angina pektoris sebagai
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
2. Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan klien yang menderita angina pektoris.
0 Response to "Angina Pectoris"
Post a Comment